"Parenting Layangan", Cara Efektif Mendidik Remaja Milenial

Kompas.com - 22/01/2020, 08:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mendidik anak usia remaja, bisa dikatakan gampang-gampang susah. "Gampang" karena anak remaja sejatinya sudah mengerti tentang aturan, "susah" karena mereka memiliki banyak kemauan.

Untuk itu, orangtua perlu menerapkan strategi jitu agar anak usia remaja bisa menerapkan nilai-nilai yang diterapkan orang tua, tanpa merasa terkekang, yang berisiko membuat mereka membangkang.

Merangkum dari laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud, sistem "Layang-layang" dinilai menjadi cara yang efektif untuk mendidik anak usia remaja.

Ibarat layang-layang, orangtua perlu memberi ruang yang luas bagi remaja untuk "terbang" mengembangkan kreativitas dan mewujudkan mimpi postif.

Baca juga: 5 Cara agar Anak Menyukai Pelajaran Sains

Namun, layang-layang juga perlu diikat dengan benang agar tak bisa dikendalikan. Berikut sejumlah langkah yang bisa orangtua lakukan untuk mendidik remaja milenial.

1. Bijak di media sosial

Hampir setiap remaja memiliki akun media sosial pribadi. Perlu dipahami, tak ada salahnya memiliki akun media sosial, sebab anak dapat memiliki jaringan pertemanan yang luas.

Namun, wajib bagi orangtua menjadi alarm pengingat bagi remaja untuk tidak asal mengunggah postingan. Ajak mereka mengunggah postingan positif dan tidak mengandung unsur SARA.

Baca juga: 5 Cara Orangtua Membantu Anak Mengatur PR Sekolah

2. Literasi via gawai

Gunakan waktu luang di akhir pekan untuk rutin menanamkan literasi pada remaja. Tak hanya dari buku saja, sesekali orangtua dapat memilih suatu tema literasi yang sama dengan anak.

Misalnya, membaca berita dari situs resmi. Ajak anak duduk dan membaca berita itu bersama. Selain dapat menambah wawasan bagi anak, juga menambah kedekatan emosional antara orangtua dengan anak remaja.

3. Edukasi tentang seks

Maraknya kejadian anak putus sekolah karena seks bebas merupakan salah satu faktor kurangnya pendidikan seks di dalam keluarga. Pasalnya, di usia remaja anak akan mengalami banyak perubahan fisik dan hormonal.

Memberikan edukasi tentang seks bukan berarti orangtua mengajarkan cara berhubungan seks. Namun, lebih dalam bentuk membentengi anak agar lebih waspada dengan bahaya seks di usia remaja.

4. Gali minat dan bakat

Setiap anak memiliki karakter yang berbeda. Menjadi tugas orangtua untuk bisa menemukan potensi dalam diri anak agar mereka bisa tumbuh menjadi dewasa yang berkarakter dan percaya diri.

Misalnya, saat orangtua melihat anak remaja senang membuat tulisan pribadi. Arahkan dia untuk menulis menjadi sebuah blog atau cerpen. Cari informasi media cetak maupun media elektronik yang dapat menampung hasil karya anak.

Baca juga: Senin Sekolah Lagi, Ini 5 Cara agar Anak Tak Malas Sekolah Usai Libur

Namun, jika anak kita terlihat pasif seperti tidak memiliki suatu bakat tertentu, orangtua bisa mengajak anak untuk memulai sesuatu hal yang mungkin baru bagi anak, seperti bernyanyi, menari, melukis, berenang, dan lainnya.

5. Kontribusi ide

Ajak remaja untuk aktif memberikan ide dalam lingkungan masyarakat. Tujuannya agar remaja terasah jiwa sosialnya, membentuk karakter empatinya, serta bisa turut serta membantu membangun lingkungan sekitar tempat tinggal.

Selain mengasah jiwa sosial, ini akan membuat remaja tumbuh menjadi orang yang bisa cepat berinteraksi dan beradaptasi. Kemampuan yang dibutuhkan saat ia meniti karier nanti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau