Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Tim Viral Airborne RSUP Dr. Sardjito: Virus Corona Tak Mematikan, Lebih Berbahaya Virus Hoaks Corona

Kompas.com - 04/03/2020, 21:21 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

Dr. Ika sangat berharap masyarakat untuk tidak panik menghadapi wabah ini. Menurutnya, kepanikan muncul akibat ketidaktahuan soal virus ini, belum lagi dengan beredarnya isu-isu yang berkembang.

Baginya, berita hoaks terkait COVID-19 justru merupakan hal yang paling berbahaya sehingga di Indonesia bukan virus Covid-nya yang membahayakan. Namun, ia menilai virus hoaks tentang corona lebih berbahaya karena lebih liar dan susah dikendalikan.

“Kalau virus Covid-nya bisa ditangani dengan cara dikarantina, pasien bisa dikendalikan penularannya, tapi kalau virus hoaks susah dikendalikan. Beberapa waktu kemarin kita sudah mengadakan pertemuan dengan Kementerian Kesehatan dari bidang informasi dan komunikasi guna mambahas isu-isu hoaks agar bisa ditangani secara serius," katanya.

Pakar mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM, dr. Titik Nursyastuti, SpMK., Ph.D, menyatakan Covid-19 dimulai pada 2019 dengan penemuan kasus pneumonia di daerah Wuhan dan tidak sampai sebulan sudah muncul kasus di luar China. Thailand menjadi negara pertama terdampak.

“Data WHO menyebut hampir di semua benua sudah terdampak oleh Covid-2019. Tetapi WHO sampai sekarang belum menyatakan sebagai pandemik," ungkapnya.

Menurutnya, virus ini sebenarnya labil, tidak tahan panas, tidak tahan bahan kimia dan sebagainya. Virus ini sudah sejak lama ada dan berhasil dikultur atau diisolasi pada tahun 1960-an.

“Dari sejarahnya juga ada beberapa jenis dari corona virus ini yang menginfeksi manusia, meskipun beda family. Ada human coronavirus 229E, OC43, LL63 dan sebagainya. Tetapi yang menjadi perhatian adalah tiga kelompok koronavirus yang di bawah ini yang menyebabkan outbreak atau wabah karena sebelumnya hanya menyebabkan infeksi yang ringan saja sehingga tidak menjadi perhatian serius waktu terjadi infeksi," terangnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com