Namun, bila anak mulai terlihat lemas dan tak bergairah di kelas, inginnya tiduran, terlebih suhu tubuhnya mulai menghangat, tandanya tubuh anak perlu beristirahat di rumah.
Guru juga bisa menyarankan orangtua untuk memeriksakan anak ke pusat layanan kesehatan agar kesehatan anak tidak terus menurun.
Gangguan pernapasan bisa ditandai dengan suara tarikan napas yang berat dan anak mengeluhkan sesak atau dadanya sakit. Ini merupakan gejala tak bisa disepelekan sehingga anak harus segera mendapat pemeriksaan medis.
"Virus [Corona] masuk melalui saluran pernapasan, kemudian lanjut melalui trakea dan sampai akhirnya di jaringan paru. Virus bereaksi dengan sistem pertahanan tubuh di paru, apabila sistem pertahanan tubuh kalah maka virus menimbulkan peradangan di paru," jelas Wisnu.
Ia melanjutkan, "Saat timbulnya radang inilah mulai timbul demam, batuk, sesak, dan gejala lain. Pada ronsen terlihat gambaran infeksi paru. Apabila tidak dilakukan pengobatan maka gejala akan semakin parah."
Selain gangguan pernapasan, kondisi lain yang kerap membedakan antara virus Corona dengan ISPA atau pneumonia adalah kondisi anak dapat memburuk dari waktu ke waktu.
Apalagi, tak semua anak bisa menyampaikan apa yang dirasakannya. Sehingga guru dan orangtua perlu aktif dalam memantau dan menanyakan kondisi anak, terutama saat ia terlihat mengalami sejumlah gejala tadi secara bersamaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.