"Misalnya organisasi yang sudah memiliki model, sistem dan ada hasilnya yaitu siswa berprestasi dan berkarakter," imbuh Supriano.
Kategori Gajah akan mendapatkan dukungan dana maksimal Rp 20 miliar per tahun dengan sasaran lebih dari 100 sekolah PAUD/SD/SMP.
Sedangkan kategori Macan adalah organisasi yang sudah berjalan dan berkembang setidaknya 1 tahun, memiliki model dan sistem yang bagus, mampu memotivasi guru dan murid, namun belum memiliki hasil (output).
Organisasi ini akan didanai maksimal Rp5 miliar per tahun dengan sasaran 21 sampai 100 PAUD/SD/SMP.
Untuk kategori Kijang, akan dipilih organisasi yang baru memiliki ide yang bagus dan belum ada output-nya. Mereka akan dukungan dana maksimal Rp1 miliar per tahun dengan sasaran 5 sampai 20 PAUD/SD/SMP.
Dengan begitu, organisasi penggerak tak hanya terbuka bagi organisasi besar atau organisasi yang sudah berjalan saja, namun organisasi kecil yang memiliki ide-ide terhadap pembelajaran di sekolah juga bisa berkontribusi.
Baca juga: Bullying, Nadiem: Negara Harus Jujur dan Melihat yang Terjadi di Sekolah
Namun, Supriano menegaskan, ini bukanlah program bagi-bagi uang. Sebab program ini berbasis bukti di mana organisasi lebih dahulu mengajukan proposal berisi program dan dana yang dibutuhkan.
Lalu, mereka juga harus membuat laporan pertanggungjawaban serta melampirkan bukti berupa foto, video, hingga kajian program terhadap hasil belajar siswa.
Bila organisasi tidak mampu menjalankan program sesuai target, maka akan dikaji ulang kelanjutannya dalam Program Organisasi Penggerak.
Pendaftaran program organisasi penggerak sendiri sudah dibuka secara online sejak 2 Maret dan masih akan berlangsung hingga 16 April 2020.
Baca juga: Pedoman Pencegahan Penularan Virus Corona dari Nadiem Makarim untuk Siswa dan Mahasiswa
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.