Itu merupakan jebakan dunia modern yang mendorong kita untuk mencari hal-hal yang instan: cara cepat kaya, cara cepat sembuh, cara cepat viral, cara selalu cantik, atau cara bahagia.
Baca juga: Pasien Covid-19 Pertama di Bekasi Sembuh: Terus Berzikir, Baca Buku Motivasi, Tak Lihat Medsos
Alih-alih memberikan solusi langsung, buku ini memberikan cara pada Anda untuk bisa bertahan, menjadi tegar dan dewasa saat menghadapi setiap situasi, dari masa ke masa.
Cara itu adalah dengan menjadi manusia yang tidak mudah rapuh. Hanya dengan menjadi manusia yang kuatlah, kita bisa hidup dengan tanpa syarat, tanpa harapan yang neko-neko.
Bukanlah sebuah kebetulan bahwa semua agama besar dunia mendorong orang untuk memeluk nilai-nilai tanpa syarat ini, mulai dari belas kasih tanpa syarat yang diajarkan Yesus Kristus atau Delapan Jalan Kebenaran dari Sang Buddha, atau keadilan sempurna Muhammad.
Dalam bentuk yang paling sempurna, agama-agama besar di dunia ini mengangkat kita dari insting manusiawi yang selalu haus harapan, dan mencoba untuk membawa seluruh umat manusia untuk menghampiri keluhuran dewasa.
Uniknya, dengan sangat brilian, Manson menjelaskan prinsip-prinsip kedewasaan manusia itu dengan menggabungkan riset-riset ilmiah dari 3 cabang ilmu: sejarah dunia, psikologi klinis, dan filsafat.
Di buku ini, Manson mengupas pemikiran tokoh-tokoh besar seperti Plato, Kant, Isaac Newton, hingga Nietzsche dan Durkheim. Namun, ia juga membahas pemikir-pemikir modern, seperti Antonio Damasio, Steven Pinker, Dan Ariely, Jonathan Haidt, Nassim Taleb, hingga Yuval Noah Harari.
Manson juga tidak pernah kehilangan gaya khasnya yang blak-blakan dan humoris. Dia juga melengkapi dengan cerita-cerita anekdotal yang segar dan lucu, persis seperti di buku pertamanya.
Ia bercerita tentang Witold Pilecki, sang tahanan sukarela di Auschwitz, tentang Tom Waits, si musisi yang doyan mabuk, bahkan tentang Thich Quang Duc, sang rahib Vietnam yang membakar diri di tengah jalan.
“Buku Mark Manson merupakan bekal untuk hidup yang baik, dan sekaranglah, saat segalanya tampak kacau, saat yang paling tepat untuk membacanya,” begitu kata Ryan Holiday, penulis buku laris "The Obstacle Is the Way dan Ego Is the Enemy".
Senada dengan itu, buku ini juga dapat menjadi pilihan yang tepat untuk menemani Anda di hari-hari karantina mandiri saat ini.
Penulis: Adinto F. Susanto, penerjemah buku "Everything is F*cked" (menjadi "Segala-galanya Ambyar")
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.