Selama para staf nyaman di ‘kantor’, mereka akan menghasilkan output lebih baik dan lebih banyak.
Ketiga, dengan menjamurnya aplikasi ‘work together’ dalam jaringan yang dapat terintegrasi dengan jaringan internal perusahaan, ditambah dengan basis komputasi awan (cloud computing) yang makin maju dan makin aman, perusahaan tidak perlu berinvestasi pada banyak hardware.
Beberapa perusahaan teknologi di Amerika bahkan memberikan insentif bagi para staff-nya untuk membeli sendiri digital device agar mereka bisa bekerja dan tetap terhubung ke jaringan komputer perusahaan.
Sahabat saya di Surabaya bekerja untuk perusahaan teknologi di Amerika bahkan hanya perlu pergi ke kantor pusat di Seattle dua kali dalam setahun.
Keempat, WABYOD adalah strategi efisiensi bagi perusahaan yang tahu betul – meminjam istilah dalam konsep disrupsi – bagaimana ‘mengorkestrasi’ segala sumber daya dengan dua target sekaligus: efisiensi dan produktivitas.
Di seberang kuadran, bagi para eksekutif atau para profesional, WABYOD adalah strategi transisi ciamik bagi mereka untuk belajar bernyali melepaskan dua status sekaligus: status ‘karyawan’, dan status ‘kontrakan’.
Tidak hanya protokol Work Anywhere yang terpenuhi, tetapi juga spirit entrepreneurial. Dengan demikian di masa depan – bila trendnya tidak terganggu – tidak ada istilah ‘kehilangan pekerjaan’.
Ternyata WFH menghasilkan output (baca: produktivitas) yang sama atau lebih baik dengan cost yang jauh lebih rendah bagi perusahaan.
Dua tiga bulan mendatang perusahaan-perusahaan akan berlomba melakukan studi untuk mengimplementasikan konsep WFH sebagai protokol baru cara bekerja.
Perusahaanperusahaan itu akan banyak berinvestasi di sistem jaringan serta software, atau aplikasi mobile yang lebih canggih ketimbang menghamburkan uang di rekrutmen karyawan baru.
Perusahaan-perusahaan juga mulai menyadari ternyata banyak karyawan yang akhirnya melihat sendiri kesehatan mental mereka menjadi lebih baik saat bekerja sendiri di luar kantor (tak harus di rumah).
Oleh karenanya mereka bisa berfokus pada gagasan baru, kreatifitas dan energi lebih besar untuk berkinerja baik.
Bila dua hal di atas hanya terjadi secara parsial, masih ada satu trend lagi, yakni trend untuk meninggalkan mesin absen serta jadwal kerja yang kaku dari jam delapan pagi hingga jam lima sore akan meningkat.
Para pemilik usaha melihat dengan business cycle yang intervalnya makin pendek, maka diperlukan otak-otak brilian yang rupanya hanya bisa bekerja di saat-saat mereka merasa nyaman serta tidak terikat dengan selusin peraturan konyol.
Saya sangat yakin, wabah Covid-19 ini juga telah mengedukasi kita untuk menerima perubahan jaman dengan lebih baik dan lebih bijaksana, terutama soal bagaimana cara kita bekerja.
Saya ingin mengutip kembali kata-kata Sam Chisolm di The Magnificent Seven….”what we lost in the fire, we found in the ashes….”
Tak ada yang sia-sia selama kita bekerja dari rumah.
Semper Fi!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.