Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ILO: Hari Buruh, Covid-19 dan Transisi Sekolah ke Dunia Kerja

Kompas.com - 01/05/2020, 19:08 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Data ILO terbaru mengenai dampak pandemi COVID-19 pada pasar kerja memperlihatkan dampak mengenaskan terhadap pekerja di perekonomian informal dan ratusan juta perusahaan di seluruh dunia.

Melalui rilis resmi (30/1/2020), ILO memaparkan data semakin menurunnya jam kerja secara global akibat wabah Covid-19 menyebabkan 1,6 miliar pekerja di perekonomian informal, hampir setengah jumlah angkatan kerja global, berada dalam bahaya langsung mengalami kehancuran mata pencarian.

Menurut “Monitor ILO edisi ketiga: Covid-19 dan dunia kerja”, penurunan jam kerja di kuartal (kedua) tahun 2020 kini diperkirakan akan semakin buruk dibandingkan estimasi sebelumnya.

Krisis dialami pekerja informal

ILO mencatat seluruh dunia, lebih dari 436 juta usaha menghadapi risiko tinggi gangguan serius.

Sebagai akibat krisis ekonomi yang disebabkan pandemi, diperkirakan hampir sekitar 1,6 miliar pekerja perekonomian informal (mewakili kelompok paling rentan di pasar kerja), dari sekitar dua juta miliar di seluruh dunia dan 3,3 miliar angkatan kerja global, mengalami kerusakan besar dalam kapasitas untuk memperoleh pendapatan.

Baca juga: Kisah Relawan Mahasiswa: Letihnya Pakai APD dan Rasa Kemanusiaan

Para pekerja ini beroperasi di sektor usaha ekonomi paling terkena imbas pandemi; 232 juta di sektor usaha eceran, 111 juta di manufaktur, 51 juta di akomodasi dan jasa makanan dan 42 juta di usaha properti dan kegiatan usaha lainnya.

Ini diakibatkan perpanjangan dan perluasan tindakan karantina.

Secara regional, situasi ini memburuk untuk semua kelompok regional utama. Estimasi memperkirakan 12,4 persen hilangnya jam kerja di Q2 untuk kawasan Amerika (dibandingkan dengan tingkatan sebelum krisis) dan 11,8 persen untuk kawasan Eropa dan Asia Tengah.

Estimasi untuk kelompok-kelompok regional lainnya mendekati angka itu dan semuanya di atas 9,5 persen.

Hal ini dikarenakan tindakan karantina dan/atau karena mereka bekerja di sektor yang paling terkena imbas pandemi.

Bulan pertama krisis ini diperkirakan mengakibatkan kemorosotan 60 persen dari penghasilan pekerja informal secara global. Tanpa sumber penghasilan alternatif, para pekerja dan keluarganya tidak memiliki sarana apapun untuk bertahan.

Jembatan sekolah ke dunia kerja

Terkait hal itu, pendidikan memegang peranan penting sebagai pondasi agar para lulusan memiliki komptensi yang dibutuhkan dunia kerja.

Berdasarkan survei yang CewekBanget.id & HAI Online lakukan pada 2.442 remaja perempuan
dan laki-laki berusia 15-24 tahun, 80,4 persen remaja percaya diri mendapatkan pekerjaan layak di masa depan karena mereka punya kompetensi atau keterampilan khusus.

Sayangnya, hanya 1.283 responden setuju kalau sekolah dan/atau perguruan tinggi tempat mereka menuntut ilmu sudah mempersiapkan mereka masuk ke dunia kerja.

Para remaja (47,3 persen) merasa lembaga pendidikan tempat mereka belajar tidak memberikan cukup ilmu untuk terjun ke dunia kerja.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau