Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Bumi yang Tak Dapat Dihuni, Kisah tentang Masa Depan"

Kompas.com - 12/05/2020, 23:22 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Siapa pula yang menduga pada 2016, seorang anak laki-laki meninggal dan dua puluh orang lain tertular antraks ketika es abadi yang meleleh mengungkap bangkai rusa kutub yang mati karena bakteri yang tersimpan sejak tujuh puluh lima tahun lalu.

Baca juga: Buku Kamu Pahlawanku Diluncurkan, untuk Bantu Anak Pahami Covid-19

Bangkitnya berbagai potensi wabah purba itu jelas bukan dongeng.

Jika itu yang terjadi, bagaimana sistem kekebalan tubuh manusia dapat menangkalnya? Itu perkara besar yang belum terpecahkan.

Hari-hari ini dunia kita mengalami sendiri bagaimana pandemi Covid-19 telah melumpuhkan lebih dari seratus negara dan merenggut lebih dari dua ratus ribu nyawa.

Lebih mencemaskan lagi, virus itu terus berpindah tempat, berubah, dan mengalami evolusi lanjutan karena perubahan iklim.

Dengan pola mobilisasi manusia milenium ketiga, apa pun dapat dengan cepat menyebar dengan tak terkendali, termasuk berbagai wabah yang belum pernah teramati.

Barangkali ada begitu banyak wabah purba yang akan tetap menjadi tanda tanya, dan pemanasan iklim ini akan menguak beberapa misteri itu.

Bumi yang dapat dihuni

Buku ini tepat jika dijadikan sebagai “surat peringatan ketiga”. Dalam salah satu komentarnya, The Economist menulis, “Buku ini berkisah tentang kemungkinan masa depan yang mengkhawatirkan.

Wallace-Wells sangat cemas, dan juga seharusnya Anda.” Sebagai kolumnis dan deputi editor majalah New York, Wallace-Wells tampak cukup paham bahwa persoalan perubahan iklim pasti tidak berdiri sendiri.

Itulah yang kemudian membuat ia terlihat tidak terlalu banyak memberikan panduan apa yang seharusnya menjadi jalan keluar.

Setelah semua potret tentang “kiamat yang tertunda” itu, apakah manusia bergeming?

Perubahan iklim memang menjadi masalah sains yang paling kontroversial di abadi ini, sebab dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya erat mengikuti.

Namun, terlepas dari segala kontroversinya, tidak ada alasan untuk tidak bertindak jika manusia ingin tetap tingal di bumi. Tentu, ada banyak jalan yang bisa ditempuh dalam skala sekecil apa pun.

Seperti kata-kata Greta Turenberg, gadis Swedia yang Januari lalu genap berusia 17 tahun, di depan Kongres Amerika (17 September 2019), “Anda harus bertindak. Anda harus melakukan apa yang Anda pikir itu mustahil. Karena menyerah takkan pernah bisa menjadi pilihan.”

Tautan pembelian buku: https://www.gramedia.com/products/bumi-yang-tak-dapat-dihuni

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau