Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nusantara “Sultan Ageng Tirtayasa”, Belajar dari TVRI 23 Mei 2020

Kompas.com - 23/05/2020, 17:11 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Sultan Haji kemudian menjawab maksud kedekatannya dengan kompeni agar Banten bisa damai, tidak ada perang. Ia merasa seluruh keputusannya itu merupakan haknya sebagai penerus kerajaan.

Sultan Ageng pun mengingatkan kompeni Belanda yang sangat licik. Mereka berbaik hati karena ada maunya. Mereka akan mementingkan kepentingan sendiri dan menghilangkan kepentingan rakyat.

Sultan kembali mengingatkan Ananda Haji mengubah kembali kebijakannya. Jika tidak, Sultan akan berperang melawan mereka.

Baca juga: Cerita Siulan Bambu Toraja “Cerita Sabtu Pagi” Belajar dari TVRI

Hubungan Sultan Haji dengan kompeni Belanda makin dekat. Ia lebih percaya kompeni dibandingkan nasihat Ayahnya. Kompeni Belanda memang sengaja memengaruhi Sultan Haji untuk mengudeta Sultan Ageng Tirtayasa.

Kemudian Sultan Ageng Tirtayasa menenangkan diri dan berpindah dari Keraton Surosowan dan membangun Keraton baru di Tirtayasa, inilah awal mula julukan Sultan Abu Fath Abdul Fatah menjadi Sultan Ageng Tirtayasa.

Sultan Ageng tidak sudi keraton diambil alih kompeni sehingga ia membakar keraton tersebut.

Meskipun Keraton Tirtayasa telah dibakar, Sultan Ageng tidak menghentikan perlawanan sama sekali. Di sisi lain Sultan Haji sangat rindu kepada Ayahnya. Ia berusaha keras agar ayahnya kembali ke Surosowan.

Namun di sinilah kompeni memanfaatkan situasi sebagai puncak dari politik adu domba.

Tipuan kompeni Belanda

Kompeni kemudian membuat tipu muslihat seolah Sultan Haji mengirim surat bahwa ia menyadari kesalahannya sekaligus menyampaikan maaf kepada Sultan Ageng.

Setelah Sultan Ageng datang ke Surosowan, di sela perbincangan dengan Sultan Haji, kompeni Belanda datang dan menangkap Sultan Ageng kemudian dikirim ke Batavia.

Sultan Ageng Tirtayasa menyerah karena memang dijebak kompeni melalui perantara Sultan Haji. 

Namun jebakan itulah yang akhirnya mengakhiri perjuangan Sultan Ageng di tanah Banten, akibat penghianatan yang dilakukan puteranya sendiri.

Pangeran Purbaya, Syekh Yusuf dan pengikut Sultan Ageng juga sudah ditangkap kompeni.

Selanjutnya, Sultan Haji selalu mendapat tekanankompeni dalam setiap keputusan. Ia tidak pernah diberikan kebebasan padahal dirinya adalah raja. Sultan Haji yang saat itu sakit kemudian keluar dari keraton dan wafat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau