Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Nusantara “Sultan Ageng Tirtayasa”, Belajar dari TVRI 23 Mei 2020

Kompas.com - 23/05/2020, 17:11 WIB
Irfan Kamil,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program Belajar dari Rumah di TVRI hadir kembali dengan tayangan Cerita Nusantara : “Sultan Ageng Tirtayasa”, Belajar dari TVRI Sabtu 23 Mei 2020.

Belajar dari Rumah adalah program Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memberikan alternatif pendidikan bagi semua kalangan di masa darurat Covid-19.

Baca juga: Rangkuman Cerita Indonesia Ramuan Kesehatan, Belajar dari TVRI 16 Mei 2020

Berikut adalah rangkuman Cerita Nusantara “Sultan Ageng Tirtayasa”.

Pangeran Purbaya datang ke ayahandanya melaporkan kalau kompeni Belanda berulah kembali. Mereka telah memblokade perairan Teluk Banten, sehingga para pedagang mancanegara kesulitan untuk masuk pelabuhan.

Para pedagang dari Arab, China dan Eropa menjauh dari Banten karena para kompeni Belanda memblokade perairan Banten.

Tolak monopoli Belanda

Menurut Helmy Faizi Bahrul Ulumi (Sejarawan), Sultan Ageng Tirtayasa memerintahkan rakyat menentang VOC. Saat itu Sultan Ageng Tirtayasa jelas menolak bekerja sama dengan Belanda untuk memonopoli perdagangan.

Sultan ingin menjadikan Banten sebagai pelabuhan terbuka. Akhirnya Belanda melakukan blokade perairan di teluk Banten. Di sinilah kemudian terlihat keberhasikan kepemimpinan Sultan Ageng yang berhasil membongkar blokade yang dibuat Belanda.

Banyak kapal milik Belanda dirusak, bahkan dirampas rakyat Banten sebagai bentuk perlawanan. Tentu saja hal ini sangat merugikan Belanda dan menimbulkan kemarahan VOC.

Gubernur Jendral Rijcklof Van Goens kemudian menulis surat untuk kompeni yang menyampaikan bahwa Banten harus ditaklukan atau kompeni yang lenyap.

Belanda kemudian membuat politik adu domba, antara Sultan Ageng dan anaknya yakni Pangeran Purbaya dan Sultan Haji.

Putra mahkota yakni Sultan Abu'n Nasr Abdul Kohar atau dikenal Sultan Haji yang baru saja pulang dari Mekkah melihat situasi dan kondisi Banten yang banyak perubahan.

Ia menduga adiknya, Pangeran Purbaya berperan besar terhadap pemerintahan Banten yang semestinya itu adalah hak dan tugasnya.

Sultan Ageng prihatin, Sultan Haji semakin hari semakin dekat dengan kompeni Belanda. Mereka sudah membuat perjanjian, tentang pajak dagang dinaikkan.

Perjanjian ini jelas merugikan rakyat Banten.

Politik adu domba

Pangeran Purbaya menganggap kakanya telah dipengaruhi kompeni Belanda. 

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau