Itulah yang disebut sebagai literasi numerasi. Jika kita sudah cakap literasi numerasi, maka kita akan menerima dan memaknai informasi-informasi tersebut lebih bijak.
Literasi numerasi merupakan satu diantara 6 literasi dasar, selain literasi baca tulis, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan yang disepakati World Economic Forum pada tahun 2015.
Kemampuan literasi dasar menjadi sangat penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga masyarakat.
Literasi numerasi adalah pengetahuan dan kecakapan untuk
(a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari dan
(b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dan sebagainya) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Masa Pandemi menyadarkan kepada kita untuk tidak hanya puas belajar matematika, tetapi literat terhadap matematika yang dikenal dengan literasi numerasi.
Gambar di atas dapat dijadikan ilustrasi yang baik. Apakah siswa kita mampu menjelaskan apa makna dari data yang disajikan?
Apakah siswa mampu mengonekasikan istilah “radius” dalam data dengan istilah yang sudah dipelajari oleh siswa dalam kelas-kelas matematika?
Baca juga: I-4 Diaspora: Belajar Keberhasilan Zero Cases dari Normal Baru Brunei Darussalam
(1) Pembiasaan dan kebiasaan menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar perlu tetap di lakukan dengan intesnitas tertentu. Biarlah Covid-19 selesai dan hilang, tetapi kita semua tetap menjadi orang yang literat teknologi.
(2) Numerasi, menjadi kemampuan lanjutan ketika kita sudah mengajarkan matematika dalam kelas-kelas kita. Jangan hanya berhenti dan puas ketika siswa mampu berhitung dan mengerjakan soal matematika.
Tingkatkan dengan kemampuan memanfaatkan matematika dalam kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan riil dan dekat dengan siswa. Sampaikanlah anak-anak untuk bisa menafsirkan grafik, tabel, serta angka-angka yang dihasilkan dan ditemui.
(3) Pertahankan sinergisitas antara guru, orangtua, dan siswa untuk keberhasilan anak-anak didik seperti yang kita lihat selama belajar daring. Betapa guru dan orangtua punya peran yang seimbang dan saling mendukung untuk satu kata “keberhasilan”.
(4) Terakhir, ketika kita mampu menyelaraskan teknologi, menggunakan secara tepat dalam pembelajaran matematika (mathematical content), sehingga roh belajar matematika, yaitu Computational Thinking, Creative Thinking, Critical Thinking, Collaboration, Communication, Compassion, maka itulah yang disebut New Normal Pengajaran dan Pembelajaran Matematika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.