Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UB: "Wisatawan Nekat" Berpotensi Picu Gelombang Kedua Corona

Kompas.com - 15/06/2020, 13:51 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Masa transisi menuju era new normal membuat industri pariwisata di tanah air mulai menggeliat dan memiliki banyak peminat.

Fakta menunjukkan, masyarakat yang merasa jenuh dan stres di tengah kebijakan physical distancing atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat keinginan untuk segera berwisata cukup tinggi.

Menganggapi fenomena ini, pakar komunikasi dan manajemen krisis Universitas Brawijaya (UB) Maulina Pia Wulandari, Ph.D mengatakan, nekat berwisata tanpa protokol kesehatan bisa berbahaya.

Baca juga: 8 Kampus Terbaik Indonesia di Pemeringkatan Dunia QS WUR 2021

Ia menjelaskan, industri pariwisata bisa menjadi pemicu terjadinya gelombang kedua (second wave) pandemi Covid-19 jika tidak dipersiapkan dengan matang dan cermat.

Pia merekomendasikan agar pelaku industri pariwisata agar jangan hanya sibuk promosi dengan memberikan diskon besar-besaran, seperti paket pariwisata yang murah, tetapi melupakan esensi apa yang sebenarnya diinginkan oleh wisatawan.

Pelaku industri pariwisata, kata dia, baiknya juga jangan hanya menerapkan protokol kesehatan di minggu awal beroperasi dan tidak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan sebab dapat memicu percepatan penularan virus corona.

Baca juga: Link dan Cara Pendaftaran KIP Kuliah Jalur SBMPTN 2020

Tipe "wisatawan nekat" paling berbahaya

Sebelum industri ini dibuka, lanjutnya, para pelaku pariwisata harus benar-benar memahami pandangan wisatawan pada kondisi pariwisata yang diharapkan selama pandemi ini berlangsung.

Menurut dosen Ilmu Komunikasi UB ini, para pelaku pariwisata harus memahami tipe-tipe wisatawan di tengah situasi pandemi.

Pertama, ada wisatawan yang pergi berlibur masih dalam keadaan cemas dan khawatir akan tertular virus Covid-19 tapi butuh liburan.

Baca juga: Daya Tampung 77 Prodi Universitas Brawijaya di SBMPTN 2020

Kedua, wisatawan ingin berlibur sendirian atau dengan keluarga inti, naik kendaraan pribadi dengan jarak tidak jauh, menikmati keindahan alam, pergi ke tempat yang tidak banyak didatangi oleh pengunjung, dan tidak menghabiskan biaya yang besar.

Ketiga, wisatawan ingin memastikan dan harus merasa yakin bahwa hotel, tempat wisata, restoran, café, dan tempat oleh-oleh yang akan dikunjungi betul-betul memenuhi tiga unsur utama pariwisata yaitu Kebersihan, Kesehatan dan Keselamatan.

Dengan kondisi wisatawan yang seperti itu, kata Pia, pelaku industri pariwisata dapat mengindentifikasi beberapa tipe wisatawan.

Tipe pertama ada wisatawan "paranoid" yang memiliki ketatakutan berlebihan akan tertular virus Covid-19. Wisatawan "stay alert" yang selalu waspada pada bahaya virus COVID-19.

Baca juga: Beasiswa D3 Angkasa Pura I, Kuliah Gratis dan Dapat Uang Saku

Lalu, ada wisatawan "travel wise" yang tetap menikmati perjalanan wisatanya namun tetap patuh pada protokol kesehatan.

Serta wisatawan "nekat" yang hanya senang menikmati perjalanan wisatanya tapi cuek dan tidak patuh pada protokol kesehatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com