Meski begitu, pihaknya telah melakukan beragam asesmen untuk menilai kesiapan sekolah dan guru bila nanti sekolah boleh dibuka kembali.
Sebagai masa transisi bila sekolah mulai dibuka, lanjut dia, bisa dimungkinkan masuk secara bertahap.
"SD misalnya, dari jumlah 32 murid, hanya setengahnya yang masuk. Kami juga berkonsultasi dengan dinas kesehatan dan lembaga yang berwenang dalam pembukaan sekolah bertahap, protokol kesehatan, bahkan skema pembelajaran," imbuh dia.
Baca juga: Nadiem: 94 Persen Siswa Masih Harus Belajar dari Rumah di Tahun Ajaran Baru
Walau begitu, Momon mengatakan, pembukaan sekolah perlu izin orangtua. Pihaknya tidak akan memaksakan bila orangtua tidak mengizinkan anak ke sekolah. Bagi orangtua yang belum bisa mengizinkan anak ke sekolah, maka sekolah akan mengirimkan modul pembelajaran.
Terkait kemungkinan ada skema ganjil genap nomor absen untuk anak-anak saat kembali bersekolah, ia mengatakan mungkin saja dilakukan. Namun, tetap harus ada izin orangtua.
"Skema ganjil genap bisa saja dilakukan, namun kami juga memerlukan izin orangtua untuk kehadiran anaknya di sekolah," kata dia.
Untuk itu, ke depannya sekolah akan memberikan form terkait izin orangtua saat sekolah sudah mulai dibuka kembali.
Di era new normal, kata Momon, tak menutup kemungkinan PJJ akan terus dilanjutkan dan dikombinasikan dengan belajar tatap muka. Perpaduan itu dikenal dengan istilah blended learning.
Baca juga: Kemendikbud: Orangtua Berperan Penting dalam Pelaksanaan Belajar dari Rumah
Momon mengapresiasi guru-guru yang kini sudah mulai kreatif dalam menyuguhkan konten pembelajaran. Kreativitas tersebut diharapkan bisa menghasilkan konten belajar yang bermutu untuk anak-anak.
Meski begitu, Momon mengatakan, ada pendidikan karakter, pembiasaan baik, praktek, keterampilan, yang mungkin tidak akan ditemukan saat PJJ.
"Kondisi ini memberikan pembelajaran bahwa peran guru tak tergantikan," kata dia.
Kehadiran guru secara fisik dan kontak dengan siswa, lanjut dia, harus tetap ada untuk pembinaan karakter, kedisiplinan. Ada kebiasaan-kebiasaan baik yang tidak bisa dipisahkan dari kehadiran guru.
Kepala Sekolah SMPI AL Azhar 8 Kemang Pratama Kanya Muawanah berpendapat, untuk menyukseskan blended learning perlunya pelatihan di bidang IT untuk para guru.
Selain itu, kata dia, guru juga harus dilatih untuk mampu melakukan Pemetaan Kompetensi Dasar, yakni mana materi yang harus diberikan oleh guru secara langsung maupun online.
"Ini perlu kemampuan dari guru dalam melakukan pemetaan," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.