KBRI Dhaka telah menyalurkan bantuan terhadap WNI di Bangladesh dan Nepal dalam bentuk biaya pengobatan, akomodasi, dan alat-alat kesehatan yang nilainya mencapai Rp500 juta rupiah, dan akan disalurkan tambahan senilai Rp400 juta.
Selanjutnya, Marina Estella Anwar Bey selaku Duta Besar LBBP RI untuk Republik Peru dan Bolivia menyatakan Indonesia dan Peru telah menjalin hubungan bilateral dengan berfokus di bidang perdagangan, turisme, dan investasi.
Dalam lima tahun terakhir, perdagangan Indonesia dengan Peru dan Bolivia selalu dalam keadaan surplus.
KBRI Lima juga turut aktif dalam mengenalkan Indonesia pada masyarakat Peru dan Bolivia dengan meluncurkan buku tentang Indonesia dalam bahasa Spanyol, menyelenggarakan kelas tari, dan kursus bahasa Indonesia secara online.
Baca juga: FP Ubaya dan PPI: Penguatan Kapasitas Perempuan di Tengah Pandemi
Di luar itu, Indonesia, Peru, dan Bolivia saling mendukung di berbagai forum internasional. Hal tersebut terefleksi dari sejumlah kunjungan diplomasi pemerintah Indonesia ke kedua negara tersebut.
Selain itu, hubungan tersebut juga terlihat selama pandemi Covid-19, di mana salah satunya terlihat dari Indonesia dan Peru bersama-sama tergabung dalam Ministerial Coordination Group on Covid-19 (MCGC) Forum.
Terhadap WNI di Peru dan Bolivia sendiri, KBRI Lima telah memberikan bantuan secara bertahap. Contoh bantuan lain dari KBRI Lima adalah dengan membantu memfasilitasi repatriasi terhadap ABK yang terdampar di Peru.
Sebelum menyampaikan penutup, Marina Estella Anwar Bey menyampaikan definisi dari kepemimpinan menurutnya mengarah kepada melakukan perbuatan yang sebaik-baiknya dan memberikan manfaat.
Sementara itu, pembicara terakhir Safira Machrusah selaku Duta Besar LBBP RI untuk Algeria memaparkan materi dengan judul “Gendered Role and Occupational Segregation”.
Menurut Safira Machrusah, gendered role telah eksis sejak berabad-abad lalu dan dianggap sebagai sebuah norma.
Dalam dunia kerja terdapat istilah occupational segregation, di mana perempuan memiliki kesempatan kecil dalam kemajuan karir dan di bidang kepemimpinan.
Ada 4 tipe hambatan (barrier) yang menyebabkan hal tersebut, di antaranya structural barrier yang berkaitan dengan kurangnya akses terhadap jaringan penting, institutional mindset yang berkaitan dengan stereotipe, individual mindset berkaitan dengan pola pikir dan sikap, serta lifestyle choices yang berkaitan dengan penetapan prioritas serta penyeimbangan antara gaya hidup dan kerja.
Di bidang politik sendiri, ia menegaskan pemerintah dan politikus semestinya senantiasa membuat peraturan dan menerapkan tindakan afirmatif dalam berbagai sektor untuk menghadapi gender segregation agar dapat lebih leluasa memberikan ruang bagi perempuan untuk berkontribusi di kalangan masyarakat.
Berkaca dari sistem pemilihan di Aljazair, jika dalam suatu partai jumlah kandidat adalah 3 orang, maka kandidat ketiga haruslah diisi perempuan. Hal ini merupakan tindakan afirmatif dalam pemilihan legislatif, sehingga perempuan lebih mudah terpilih.
Baca juga: Hari Kartini, Kiprah Perempuan dalam Penanggulangan Corona
Kendati demikian, dalam perbandingan persentase jumlah duta besar perempuan antara Indonesia dan Algeria, Indonesia lebih unggul dengan sejumlah 20 dari 97 duta besar merupakan perempuan.
Sedangkan, jumlah duta besar perempuan di Algeria hanya sejumlah 4 dari 60 orang.
Sebagai penutup, Safira Machrusah menyampaikan akan selalu ada stereotipe yang ditujukan pada perempuan. Namun, perempuan harus bisa melawan hal tersebut dengan seluruh kapasitas dan kualitas yang dimiliki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.