KOMPAS.com - Dampak luar biasa pandemi Covid-19 ini mengharuskan semua orang untuk selalu menjaga kesehatannya. Tak terkecuali pada anak usia dini.
Untuk itulah orang tua yang memiliki anak usia dini harus memperhatikan anaknya dan memberikan kecukupan gizi. Jangan sampai terjadi gizi buruk dan stunting.
Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Kemendikbud, Muhammad Hasbi, mengingatkan agar seluruh pihak untuk mewaspadai meningkatnya angka prevalensi anak usia dini menjadi penyandang stunting.
Baca juga: 5 Kegiatan Bermain bisa Kembangkan Bahasa Lisan Anak Usia Dini
"Dalam kondisi pandemi Covid-19 ini membuat sejumlah layanan kesehatan dan layanan tumbuh kembang anak harus terus ditingkatkan," ujar Hasbi seperti dikutip dari laman Ruang Guru PAUD Kemendikbud, Senin (14/9/2020).
Jika layanan-layanan itu ditingkatkan, maka anak akan terlindungi dari persoalan wasting (kekurusan) dan stunting (gagal tumbuh).
Dikatakan, Hasbi, wasting dan stunting merupakan masalah dunia, terutama di negara miskin dan berkembang. Tentu karena berbagai faktor.
Karena bagaimanapun juga faktor pendidikan, ekonomi dan kebijakan negara memberi pengaruh pada akses ibu dan balita pada sumber pangan bergizi, layanan kesehatan, air bersih dan sanitasi.
Dari Data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes 2018 menunjukkan bahwa masih ada 29,6 persen anak Indonesia mengalami stunting.
Sebarannya sebanyak 48,8 persen adalah keluarga miskin dan 29 persen adalah dari keluarga kelas menengah dan kaya. Secara nasional masih ada 13 provinsi dengan prevalensi stunting kronis dibawah standar WHO yaitu 20 persen.
Sementara Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi stunting di tingkat nasional sebesar 6,4 perseb selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2 perseb (2013) menjadi 30,8 persen (2018).
Sedangkan untuk balita berstatus normal terjadi peningkatan dari 48,6 persen (2013) menjadi 57,8 persen (2018). Adapun sisanya mengalami masalah gizi lain.
"Pemerintahan Presiden Jokowi telah menyusun Strategi Nasional Pencegahan Stunting yang mensinergikan 22 Kementerian dan Lembaga guna mengatasi persoalan stunting di Indonesia," kata Hasbi.
Untuk itulah Direktur PAUD juga mengingatkan agar seluruh pemangku kepentingan yang berada dilingkungan satuan pendidikan PAUD untuk terlibat.
Tak hanya itu saja, lingkungan satuan pendidikan PAUD juga mengambil peran untuk bergotong royong mengatasi persoalan stunting yang ada diseputar lembaganya.
Hasbi mengajak semua pihak untuk terlibat dan mengambil peran bersama. Sebab, persoalan stunting tidak sekedar masalah kesehatan dan gizi buruk.
Baca juga: Orangtua, Begini Pengasuhan Positif pada Anak Usia Dini
"Tapi yang terbesar adalah persoalan kemanusian yang membutuhkan uluran tangan kita bersama. Jangan lagi berpikiran karena sudah membayar uang sekolah kemudian kita tidak peduli terhadap saudara kita yang lain," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.