KOMPAS.com - Kurikulum darurat dirilis Kemendikbud untuk digunakan sebagai kurikulum alternatif di masa pandemi.
Kurikulum tersebut disusun sebagai penyederhanaan kompetensi dasar, fokus pada kompetensi esensial, dan prasyarat pembelajaran selanjutnya, bukan melebar tapi mendalam.
Festiana Fajar, guru kelas IV SDN 1 Brangsong Kendal, Jawa Tengah, juga menerapkan prinsip implementasi kurikulum darurat ini.
Dia menggunakan kompetensi dasar yang telah disederhanakan, memberikan pembelajaran kontekstual, dan melibatkan kesepakatan dengan orangtua saat siswa belajar dari rumah (BDR).
Seperti ketika Festiana memanfaatkan Tangram untuk materi siswa BDR tentang bangun datar segi banyak yang dipadukan dengan kebudayaan daerah.
Tangram adalah permainan menyatukan keping potongan untuk membentuk sebuah pola. Siswa ditantang untuk membuat Tangram yang sesuai dengan imajinasinya.
“Setiap pelaksanaan BDR, saya selalu menerapkan prinsip MAU atau mengkondisikan, aktifkan, dan umpan balik, termasuk ketika siswa belajar membuat Tangram,” kata Festiana.
Baca juga: Guru, Ini Prinsip PELANGI dalam Penerapan Kurikulum Darurat
Untuk mengkondisikan, guru telah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai panduan mengajar secara jarak jauh. Di awal pembelajaran, untuk menghidupkan suasana guru menyapa siswa dilanjutkan memeriksa kehadiran dengan meminta siswa mengisi daftar hadir lewat link google form.
Pada langkah aktifkan, guru meminta siswa untuk mengidentifikasi berbagai benda yang ada di sekitar rumah dan mengelompokkannya ke dalam bangun segi banyak dan bukan segi banyak.
Guru membagikan file lembar kerja (LK) yang menantang kreativitas siswa dalam membuat berbagai bentuk bangun datar segi banyak menggunakan Tangram berbahan kertas origami warna-warni.
LK yang dibuat mendorong siswa untuk memperoleh pengalaman belajar bermakna yang menghasilkan karya pembelajaran melalui penerapan unsur MIKiR atau Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi.
Pada saat menyusun Tangram, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berimajinasi dan berkreasi sesuai tema yang memadukan muatan pelajaran matematika dengan seni budaya dan prakarya (SBDP).
Tangram secara harfiah berarti tujuh papan keterampilan, yaitu sebuah permainan teka-teki transformasi yang terdiri atas tujuh keping potongan yang disatukan untuk membentuk pola.
Tujuan dari permainan ini adalah untuk membentuk pola tertentu, atau hanya diberi garis bentuk atau siluet menggunakan ketujuh potongan, yang mungkin tidak tumpang tindih.
Dalam pembelajaran ini Tangram dibuat dari bahan yang sangat mudah didapat, yaitu kertas origami warna-warni, lem, buku gambar dan krayon. Alat yang digunakan adalah gunting dan pensil.
Selama proses pembuatan tangram tidak lepas dari pemantauan guru baik secara daring maupun luring, terutama bagi siswa yang menemukan kesulitan selama proses pembuatan.
Baca juga: Kemendikbud: Kurikulum Darurat untuk Kurangi Beban Guru dan Siswa
Tangram yang harus disiapkan siswa terdiri atas 7 keping potongan bangun datar yang masing-masing 2 segitiga siku-siku sama kaki berukuran besar, 1 segitiga siku-siku sama kaki berukuran sedang, 2 segitiga siku-siku sama kaki berukuran kecil, 1 jajaran genjang dan 1 persegi.
Siswa kemudian diberi tugas membentuk pola tertentu menggunakan ketujuh potongan yang mungkin tidak tumpeng tindih
Sesuai dengan pembahasan materi sebelumnya. Siswa diberikan kebebasan dalam menyusun gambar siluet tentang materi keragaman budaya yang sudah dipelajari.
Kemudian mereka memotong beragam bentuk tangram. Termasuk besar dan kecilnya. Disinilah imajinasi siswa dilatih untuk dikembangkan.
Imajinasi siswa tentang tangram ternyata tidak terbatas. Salah satunya ialah Zahra yang menyusun tangram membentuk gambar menyerupai penari yang sesuai hobinya menari.
Zahra menjelaskan langkah kerjanya melalui voice note yang dikirimkan melalui WA.
“Saya membuat model tari merak dari daerah Jawa Barat. Pertama saya membuat ujung tangannya dari bentuk segitiga siku-siku ukuran sedang. Kemudian badannya juga dari segitiga siku-siku dengan ukuran besar. Untuk bagian kepalanya saya menggunakan persegi,” kata Zahra.
Hasil tangram siswa dikumpulkan pada akhir pekan dan pengumpulannya didampingi oleh orangtua siswa. Jadilah momen unjuk karya satu kelas yang dikemas menjadi pameran mini hasil karya siswa yang dipajang oleh guru berderet di kelas.
Ada kebanggaan tersendiri saat melihat karya siswa yang menarik dan beraneka ragam. Secara tidak langsung setiap siswa berkompetisi menampilkan hasil karya terbaiknya.
Ternyata pembelajaran yang dilakukan dalam pembuatan tangram berhasil membuat siswa aktif belajar, antusias dengan tugas yang menantang, dan menghasilkan karya orisinal yang beragam.
"Saya senang membuat hasil karya tangram karena selain dapat mengetahui macam-macam bangun datar segi banyak, saya juga bisa berkreasi membuat pola tentang keragaman budaya sesuai keinginan dan imajinasi saya," kata Azzahra lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.