Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerja Sama Ditjen Vokasi, GSM: Anak-Anak Kita Jangan Jadi Buruh di Negeri Sendiri

Kompas.com - 30/09/2020, 22:21 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) diharapkan mampu melakukan transformasi pendidikan sehingga mampu melahirkan lulusan yang berguna untuk dirinya, bangsa dan masyarat.

Hal ini mengemuka Workshop Penguatan Eksosistem SMK, hasil kerja sama antara Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud dan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) pada 30 September hingga 2 Oktober 2020 di Kaliurang, Yogyakarta.

Acara yang diikuti Kepala Balai Besar/Balai Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi (BBPPMPV/BPPMPV) dan Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini bertujuan mendukung penciptaaan ekosistem pendidikan positif guna menyiapkan peserta didik SMK yang berkarakter dan sesuai kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI).

Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) merupakan gerakan sosial bersama guru untuk menciptakan budaya belajar yang kritis, kreatif, mandiri dan menyenangkan di sekolah.

Gerakan ini mempromosikan dan membangun kesadaran guru-guru, kepala sekolah dan pemangku kebijakan pendidikan untuk membangun sekolah sebagai tempat yang menyenangkan untuk belajar ilmu pengetahuan dan bekal ketrampilan hidup agar anak-anak menjadi pembelajar yang sukses.

Baca juga: Ditjen Pendidikan Vokasi Tingkatkan Kualitas LKP

Belajar keberhasilan pendidikan Haryana, India

Dalam kesempatan tersebut, Muhammad Nur Rizal, pendiri GSM mengingatkan pendidikan harus menjadi tempat siswa bisa mengeluarkan talenta terbaik dari diri mereka, baik bakat, passion, penalaran dan kompetensi yang dibutuhkan untuk hidup ke depan.

"Saya tidak rela anak-anak kita sekadar menjadi buruh di negerinya sendiri," tegas Rizal.

Untuk itu ia mendorong pendidikan yang mampu membuat siswa bisa menjadi diri sendiri, dan menemukan guru yang membantu mengarahkan siswa serta didukung suasana lingkungan belajar positif.

Rizal mengungkapkan guru, murid, orang tua, pengawas, bahkan birokrasi menjadi elemen penting yang perlu bergerak dan terlibat. "Jadi pelaku gerakan perubahan ini adalah setiap elemen yang tergabung," ujarnya.

Ia menandaskan, "tanggungjawab apakah perubahan akan terjadi atau tidak, tergantung pada keseriusan kita semua yang ada di ruangan ini, para kepala Balai Besar, Widyaswara, Kepala sekolah SMK, dan terutama pak Dirjen dan jajarannya sebagai pemegang otoritas dan regulator kebijakan."

Dalam pemaparannya, Rizal mengungkapkan Indonesia dapat belajar dari keberhasilan Haryana, salah satu negara bagian di India.

"Kita tahu bahwa saat ini sekitar 40 persen tenaga ahli TI di dunia di suplai oleh India. Itulah kekuatan pendidikan," ujarnya.

Rizal menjelaskan, proses pendidikan  yang terjadi di Haryana adalah proses bertukar praktik antar birokrasi dan guru. "Birokrasi tidak lagi menuntut kepatuhan administrasi, melainkan terlibat dalam praktik pembelajaran sehari-hari," kata Rizal.

Selain itu, terjadi perubahan mindset dan perilaku guru untuk selalu merevisi dan mengevaluasi proses pengajarannya secara organik akibat dorongan internal dan eksternal yang kuat. 

"Ada dampak perubahan murid yang lebih senang belajar dan benar-benar mendapatkan manfaat dari sekolah," ungkap Rizal.

Baca juga: Tingkatkan Citra Pendidikan Vokasi, Dirjen Vokasi Luncurkan Akun Youtube

Halaman Berikutnya
Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau