KOMPAS.com - Head of Early Childhood Education and Development Tanoto Foundation, Eddy Henry mengatakan untuk mendukung perkembangan otak anak bukan hanya berkaitan dengan asupan nutrisi.
Namun, perlu adanya pemberian stimulasi dan interaksi dengan anak. Salah satu bentuk stimulasi yang penting adalah dengan membacakan cerita.
“Membacakan cerita bukan hanya melatih kemampuan kognitif dan kreativitas tapi juga meningkatkan kedekatan antara orangtua dan anak,” kata Eddy seperti pada keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (5/10/2020).
Hal tersebut dikatakan Eddy dalam kampanye e-media workshop bertajuk “Manfaat Storytelling untuk Perkembangan Karakter Anak,” pada Rabu (30/10/2020).
Baca juga: Mahasiswa Baru, Beasiswa Penuh S1 Tanoto Foundation Masih Dibuka
Acara yang diselenggarakan Tanoto Foundation tersebut berupaya mengedukasi orangtua dan para pengasuh mengenai pentingnya membacakan cerita atau storytelling kepada anak sejak usia dini.
Adapun acara tersebut juga sebagai salah satu inisiator kampanye #IndonesiaCintaMembaca.
Lebih lanjut, Eddy menyatakan interaksi merupakan salah satu bentuk stimulasi bonding yang baik bagi anak dan orangtua sehingga perkembangan sosial-emosional anak dapat terjadi.
Selain storytelling, Tanoto Foundation pun ingin meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia sejak dini.
Pihaknya meyakini membaca dapat mendukung perkembangan otak anak sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya di kemudian hari.
Senada dengan Tanoto Foundation, Penggiat Literasi Indonesia Satria Dharma menambahkan perlu adanya kesadaran akan pentingnya penguasaan literasi sejak dini.
Satria menyatakan sebetulnya anak-anak Indonesia memiliki minat baca yang sama besarnya dengan anak-anak di negara lain.
Bedanya, anak-anak di Indonesia hanya dianjurkan membaca tapi tidak diwajibkan. Tidak seperti negara-negara lain yang mewajibkan siswanya untuk membaca buku.
Hal inilah yang mengakibatkan minat membaca masyarakat masih rendah.
Berdasarkan pada Program for International Student Assessment (PISA) kategori kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-64 dari 72 negara.
“Reading is the heart of education. Anak yang setiap hari sekolah tapi tidak membaca sebenarnya dia tidak mendapat pendidikan,” ujar Satria.