Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Inspiratif Surya Sahetapy, Belajar Bangun Indonesia Inklusif hingga ke Amerika

Kompas.com - 26/10/2020, 16:39 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

Alih-alih menghindar, ia malah mengambil jurusan pendidikan bahasa Inggris sewaktu sempat berkuliah di Universitas Sampoerna, Jakarta Selatan.

Meski orang sekitar meragukan pilihannya, Surya tetap nekat karena ia ingin ke luar negeri dan akan menyulitkan bila tidak bisa bahasa Inggris.

Seiring berjalannya waktu, Surya pun pernah tidak diterima oleh salah satu universitas yang ada di Inggris, tetapi ia tidak menyerah dan mencoba lagi.

Baca juga: Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif, Psikolog: Butuh Rencana Detail

Hingga akhirnya ia berhasil untuk bersekolah di Rochester Institute of Technology (RIT), National Technical Institute for the Deaf, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar diploma (D3) pada 2019 jurusan Kebijakan Publik dengan predikat cum laude.

Ia pun melanjutkan pendidikannya untuk meraih sarjana (S1) di RIT demi bisa kembali untuk membangun Indonesia.

“Dan aku sangat berharap nantinya ketika aku pulang ke Indonesia, aku bisa bawa pulang banyak hal terkait sistem pekerjaan yang ada di sini sama seperti atau di sini (Indonesia) bisa lebih maju,” harap Surya.

Pantik motivasi untuk berkembang

Terkait menemukan motivasi, Surya terpantik seusai bertemu dengan 2 atau 3 teman tuli lainnya yang lebih dewasa darinya dan mereka tidak bisa membaca.

“Lalu aku merasa seperti ‘Aduh malas sekali ya’ dan aku berpikir aku harus berusaha dan harus mendukung bagaimana caranya. Seandainya aku mau mendukung teman-teman tuli, aku juga harus mengembangkan diriku sendiri,” ujarnya lewat aplikasi Zoom.

Maka dari itu, ia termotivasi untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Dengan tambahan tekad ingin hidup secara mandiri, ia pun berusaha untuk mencari lingkungan yang positif dan mendukung seperti bertemu dengan teman-teman tuli lain, profesional dalam bidang tertentu, serta orang lain.

Akan tetapi, ia juga menyadari, tidak mudah mencari tempat dan lingkungan yang positif untuk mendukung penyandang disabilitas.

“Kalau seandainya tidak ada motivasi dari orang lain, kita dari pribadi kita harus memotivasi diri kita sendiri,” tuturnya.

Selain itu, masyarakat harus bisa menyesuaikan diri atau beradaptasi juga kepada lingkungan.

Kembangkan diri untuk Indonesia inklusif

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau