Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merdeka Belajar di PAUD adalah Merdeka Bermain

Kompas.com - 30/10/2020, 08:18 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Selama ini, banyak pendapat anak usia dini mulai dikenalkan baca, tulis, hitung (calistung). Padahal, usia pendidikan anak usia dini (PAUD) itu adalah usia bermain.

Hal ini diungkapkan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Iwan Syahril pada kerja sama Direktorat GTK PAUD dengan Astra sebagai rangkaian memperingati Hari Guru Nasional.

Menurut Iwan, menerjemahkan konsep Merdeka Belajar dalam PAUD itu adalah Merdeka Bermain. Sebab, dunia anak itu adalah dunia bermain.

"Dalam konteks pendidikan anak usia dini, Merdeka Belajar itu adalah Merdeka Bermain. Karena bermain adalah belajar," ujar Iwan Syahril seperti dikutip dari laman Ditjen GTK Kemendikbud, Kamis (29/10/2020).

Baca juga: Dirjen GTK: Ini Prinsip Utama Pengajaran Masa Pandemi

"Nah ini merupakan sebuah tema yang penting untuk anak usia dini yang harus terus kita kuatkan. Karena kita ingin melawan miskonsepsi-miskonsepsi untuk anak usia dini," imbuhnya.

Belajar filosofi Ki Hajar Dewantara

Dikatakan Iwan, salah satu miskonsepsi itu diantaranya miskonsepsi terkait calistung untuk anak usia dini.

"Miskonsepsi yang sering kita lihat adalah bahwa pendidikan untuk anak usia dini ini terlihat hanya untuk membaca, menulis, berhitung, calistung," katanya.

Padahal ini berbeda sebenarnya dengan ilmu pendidikan anak usia dini yang harus lebih menguatkan aspek lebih integratif dan yang lebih melakukan bermain.

Lebih lanjut, Iwan Syahril menjelaskan mengenai filosofi Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Tentu dapat menjadi referensi mengenai penerapan Merdeka Belajar untuk anak usia dini.

Dari filosofi Ki Hajar Dewantara itu dapat dilihat bahwa berpusat kepada anak. Selain itu, bagaimana anak menjadi hal yang terpenting dalam proses pendidikan.

"Ki Hajar menggunakan kata-kata taman. Taman Siswa, Taman Guru, karena beliau melihat proses pendidikan itu bukan hanya PAUD, tapi secara umum itu adalah sebuah tempat yang menyenangkan," tambahnya.

Sinergi dengan orang tua

Dikatakan, kata-kata taman terinspirasi dari pendiri taman kanak-kanak, Friedrich Froebel. Bahwa bermain adalah belajar, itu adalah hal yang esensial. Jadi tidak kaku dan lebih holistik.

Tak hanya itu saja, miskonsepsi lainnya, menurut Iwan Syahril bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah saja.

"Lalu juga miskonsepsi bahwa tanggung jawab untuk pendidikan sekolah termasuk dalam anak usia dini, biasanya diserahkan sepenuhnya kepada sekolah," katanya.

Baca juga: 6 Cara Kelola Emosi pada Pengasuhan Anak Usia Dini

"Padahal yang ideal sebenarnya ada sinergi antara orang tua dan komunitas dalam berkolaborasi dalam pendampingan anak,” jelas Iwan Syahril.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau