KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 membuat kegiatan belajar mengajar masih harus dilakukan dari rumah. Sudah sekitar 9 bulan lamanya anak-anak tak bisa bersekolah dan berinteraksi dengan teman-teman.
Dosen IPB University dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia (IKK-Fema) Yulina Eva Riany menyebut kebijakan sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau belajar dari rumah bagi seluruh siswa di Indonesia menimbulkan berbagai polemik bagi para siswa dan orang tua siswa di seluruh Indonesia.
Eva memaparkan, di Indonesia sendiri implementasi kebijakan pembatasan kegiatan pembelajaran di sekolah berdampak signifikan pada kesehatan mental para siswa meskipun dengan derajat yang bervariasi.
Baca juga: Hari Ayah Nasional 2020, Cara Ayah Menjadi Sahabat Anak Belajar
Data yang diperoleh dari survei penilaian cepat yang dilakukan oleh satgas COVID-19 (BNPB 2020), terang Eva, menunjukkan bahwa 47 persen anak Indonesia merasa bosan di rumah.
Sementara itu, 35 persen merasa khawatir ketinggalan pelajaran, 15 persen anak merasa tidak aman, 20 persen anak merindukan teman-temannya dan 10 persen anak merasa khawatir tentang kondisi ekonomi keluarga.
Di dunia, dalam penelitian yang dipublikasikan pada JAMA Pediatrics Journal dan dilakukan di Hubei Cina serta melibatkan 2.330 anak sekolah, membuktikan bahwa anak-anak usia sekolah yang mengalami karantina proses belajar akibat Covid-19 menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan emosional.
Bahkan penelitian lanjutan dari observasi tersebut menunjukkan bahwa 22,6 persen dari anak-anak yang diobservasi mengalami gejala depresi dan 18,9 persen mengalami kecemasan.
Baca juga: Berapa Usia Ideal Anak Belajar Bahasa Inggris?
Hasil survei yang dilakukan oleh pemerintah Jepang juga menunjukkan hasil yang serupa, yaitu 72 persen anak-anak Jepang merasakan stres akibat Covid-19.
Hal serupa juga terjadi di Amerika Serikat. Investigasi yang dilakukan oleh Centre for Disease Control (CDC) menunjukkan bahwa 7,1 persen anak-anak dalam kelompok usia 3 hingga 17 tahun telah didiagnosis dengan kecemasan dan sekitar 3,2 persen pada kelompok usia yang sama menderita depresi.
Eva mengatakan, melihat fenomena berbagai masalah kesehatan mental yang terjadi pada anak dan remaja di Indonesia di masa pandemi, diperlukan upaya strategis dalam mengevaluasi sistem PJJ sekaligus memberikan dukungan kesehatan mental bagi anak dan remaja.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.