Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andy Noya: Orangtua Jangan Paksa Anak Pilih Jurusan Kuliah

Kompas.com - 20/12/2020, 06:56 WIB
Dian Ihsan,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jurnalis Senior Andy F Noya mengatakan, orangtua harus membebaskan anaknya memilih jurusan kuliah yang diinginkan. Jangan sampai anak tertekan dan menderita, akibat jurusan kuliah yang tak diminati.

Apabila sudah tertekan, kata Andy, maka anak akan menderita saat kuliah di perguruan tinggi, bahkan hingga dunia kerja.

Baca juga: Bingung Pilih Jurusan Kuliah? Lakukan 8 Hal Ini

"Jangan sampai di bangku kuliah hingga dunia pekerjaan, mereka menderita. Kalau seperti itu untuk apa kita sebagai orangtua, mereka menderita," ungkap Andy saat menjadi pembicara di acara Wisuda Universitas Multimedia Nusantara (UMN) XIX, Sabtu (19/12/2020).

Dia mengaku, masih banyak orangtua yang menekan anaknya di masa 10 tahun lalu, agar mereka bisa mengikuti jejak kuliah dan kerja orangtuanya.

"Orangtua jadi dokter, anaknya harus mengikuti. Orangtua jadi lawyer atau jaksa, anaknya harus mengikuti juga untuk kuliah di hukum. Itu yang saya sangat sayangkan. Sangat ironis," kata dia.

Ada lagi, lanjut dia, mahasiswa yang mengikuti jurusan sahabat atau pacarnya.

"Apabila pacarnya sudah pindah belum satu semester, jadi itu yang akan membuat mereka (mahasiswa) tidak akan bahagia dengan jurusan yang mereka tekuni," jelas pria yang saat ini menjadi Founder Benikbaik.com.

Memang, bilang dia, keinginan tersebut semata-mata agar anaknya bisa sukses seperti orangtuanya. Namun, pada era saat ini sudah sangat berbeda, bahkan menjadi profesional gamers saja bisa menjadi miliuner.

Baca juga: Pahami! Ini 5 Jurusan Kuliah bagi Orang Kepribadian Terbuka

"Orangtua harus menyadari, dan sudah banyak yang sadar, kalau profesional gamers saja punya miliaran duit. Saat ini terjadi perubahan luar biasa di perkembangan teknologi informasi dan digital," ujar dia.

Anak muda banyak dirikan perusahaan startup

Dia menekankan, adanya perubahan itu membuat banyak anak muda tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan mapan. Mereka kebanyakan mendirikan perusahaan rintisan (startup) yang berbasis digital.

"Kondisi ini bisa jadi dipicu oleh cerita anak muda di belahan dunia, sehingga di usia yang sangat muda, mereka sudah menjadi jutawan dan miliuner, ini tidak salah, ini sangat bagus," terang Andy.

Meski sudah menjadi wirausaha, tapi mereka harus diarahkan menjadi wirausahawan sosial (social enterprise). Karena akan bermanfaat bagi orang banyak.

Baca juga: 6 Jurusan Kuliah Sulit Masuk dan Lulus, Ada Pilihanmu?

"Mereka bisa memberikan banyak manfaat, termasuk kepada orang yang membutuhkan uluran tangan. Baik bantu nelayan, petani atau bahan anak-anak yang putus sekolah," pungkas Andy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau