"Inovasi (program tablet tambah darah) perlu dikembangkan dengan pelibatan dari siswa itu sendiri," sebut dia.
Di beberapa kabupaten, sebut dia, inovasi dilakukan dengan membuat Satuan Tugas (Satgas) dari siswa.
Misalkan, ada Satgas "Geulis Squad" di Kabupaten Cimahi dan satgas "Si Jari Merah" di Banyuwangi.
Inovasi lain yang bisa dilakukan adalah fortifikasi pangan. Kini, sedang dikembangkan fortifikasi terigu dan beras.
"Harapannya dengan fortisikasi, kebutuhan gizi terutama zat besi bisa terpenuhi dalam bahan makanan pokok," jelas dia.
Dodik menegaskan, program pemerintah dalam upaya mengurangi penyakit anemia masih belum optimal.
Masalah utamanya yaitu koordinasi yang kurang antara pemerintah pusat dengan daerah.
Dan juga kurangnya kemampuan manajemen tenaga kesehatan dan guru.
Maka dari itu, perlu dibuat koordinasi yang kuat, bukan hanya antar lembaga, tapi dengan remaja itu sendiri.
Baca juga: Guru Besar IPB: Mensos Risma Harus Perbarui Data Penerima Bantuan
Dia menambahkan, potensi akses remaja terhadap internet yang tinggi bisa menjadi salah satu peluang koordinasi, agar bisa mengurangi anemia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.