Nah, pada tanggal 29 Januari 2021 harganya sudah mencapai Rp 33.800 per saham.
"Mereka yang membelinya 11 tahun yang lalu tentu mendapat keuntungan sebesar 600 persen," sebut dia.
Selama saham yang dibeli adalah saham perusahaan dengan profitabilitas tinggi, keuangan sehat, dan prospek bisnis yang menjanjikan, maka harga saham perusahaan itu akan terus tumbuh.
Meski mengalami volatilitas dalam jangka waktu pendek.
Anggap saja punya anak yang akan masuk SD, SMP, SMA atau mendaftar kuliah dalam waktu satu atau dua tahun ke depan.
Itu artinya, harus membayar biaya pendaftaran sekolah dan lainnya dalam jangka waktu pendek.
Memang membeli saham dalam memenuhi tujuan finansial jangka pendek bisa dilakukan, tapi itu berisiko.
Karena transaksi di bursa, sambung dia, biasanya tidak jauh berbeda dengan transaksi di pasar. Itu karena hukum ekonomi berlaku dalam perdagangan.
Ketika suatu saham diborong banyak investor, maka harganya akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Dia memperkirakan, fluktuasi saham dalam waktu satu atau dua tahun ke depan memang sangat tinggi.
Bisa saja, karena sentimen buruk yang muncul dalam jangka pendek, sehingga mempengaruhi return yang akan diperoleh.
Baca juga: Nadiem Makarim: Tidak Ada UN 2021, Lulus Gunakan Nilai Rapor
"Alangkah baiknya untuk memilih instrumen rendah risiko. Sebut saja seperti deposito, surat berharga negara, atau reksa dana pasar uang," ungkapnya.
Terjun di investasi saham memiliki risiko tinggi dan tidak bisa dilakukan dengan cara asal-asalan.
Dia mengibaratkan, membeli saham sama dengan membeli perusahaan. Walaupun tidak memiliki porsi banyak, tapi sudah membeli bisnis dari perusahaan tersebut.
Oleh karena, bila mau masuk ke investasi saham, maka harus memahami analisis fundamental yang baik.