Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2021, 08:38 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

"Kita harus memperlakukannya sebagai sumber daya. Coba kita lihat kalau botol bekas air mineral dikelola dengan baik. Bisa dijual dengan harga Rp 2.500 sampai Rp 4.500 per kilogram. Kalau dibuang sembarangan justru mencemari lingkungan," ungkap Prof. Purwanto.

Baca juga: Wujudkan Kampung Ramah Lingkungan, UMY Dampingi Warga Kelola Sampah

Prof. Purwanto menekankan, pandangan publik harus diubah. Jangan menganggap sampah sebagai sisa bahan, buangan, tidak berguna, jorok, tidak bermanfaat dan tidak ada nilainya.

Kesadaran untuk memperlakukan sampah sebagai hal yang bernilai harus dimulai dari hal yang sederhana. Seperti menaruh sampah pada tempat yang disediakan.

Sampah bisa dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasar sifat kimia, fisika, biodegradibilitas, dan kemudahan terbakar. Pemahaman ini penting terkait dengan penanganan sampah.

"Kalau kita berbicara sampah untuk bahan baku energi, maka dikelompokkan melalui kemudahan terbakarnya. Kalau sampah untuk kompos, lebih menarik kalau dikelompokkan menurut biodegradibilitas," beber Prof. Purwanto.

Sampah bukan buangan tapi sumber daya

Dilaksanakannya seminar ini oleh Pusat Riset Teknologi Hijau Sekolah Pascasarjana Undip, juga dilandasi niat untuk mencari solusi masalah sampah yang ada. Salah satunya dengan mulai mengolah ulang (recycling) secara maksimal.

"Sekarang saatnya melakukan aksi bersama-sama dengan mendasarkan aksi pada pemikiran bahwa sampah bukan lagi barang buangan tapi sebagai sumber daya," tegas Prof. Purwanto.

Dekan Pascasarjana Undip, Dr. RB Sularto menambahkan, persoalan sampah ini tidak hanya ada saat kondisi pandemi Covid-19 saja. Sebelum pandemi dan mungkin setelah pandemi berakhir, sampah masih jadi permasalahan bersama. 

Sularto berharap, melalui webinar ini bisa dihasilkan pemikiran yang solutif dan berdaya guna untuk mengatasi permasalahan sampah di Indonesia.

"Terlebih lagi sampah anorganik yang membutuhkan penanganan sendiri. Seperti sampah plastik yang membutuhkan waktu cukup lama untuk hancur. Mari kita ubah agar menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bagi kita semua," papar Sularto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com