Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muhammad Nur Rizal GSM: Pandemi Mestinya Jadi Titik Balik Paradigma Pendidikan

Kompas.com - 09/03/2021, 22:01 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Hampir setahun program belajar dari rumah (BDR) sebagai dampak pandemi global Covid-19 telah menimbulkan dampak dalam dunia pendidikan Indonesia. Salah satu kekhatiran muncul adalah terjadinya learning proverty.

Learning poverty adalah kondisi ketidakmampuan anak pada usia 10 tahun dalam membaca dan memahami cerita sederhana.

Bank Dunia memprediksi learning poverty secara global akan meningkat sebesar 10 persen dan Indonesia mungkin akan mengalami dampak lebih besar, khususnya di daerah Indonesia timur.

Data bank dunia khusus di Indonesia, learning poverty akan terjadi sebesar 35 persen karena di akhir SD tapi tak bisa membaca.

Data ini diungkapkan oleh pengagas Gerakan Sekolah Menyenangkan, Muhammad Nur Rizal, dalam acara Kita Bicara yang digelar TVRI Yogyakarta pada Selasa, 9 Maret 2021.

"Jika hal ini terus terjadi, akan berdampak pada kualitas membaca atau memahami teks anak-anak dan dalam jangka panjang akan menurunkan kemampuan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja," ujar Rizal.

Baca juga: BPIP Minta Kemendikbud Masukan Pancasila dalam Kurikulum

Mewaspadai learning poverty

Selain itu, Rizal juga mengungkap fakta lain sebagai dampak dari PJJ (pembelajaran jarak jauh) yang perlu diwaspadai. Rizal mengutip data dari KPAI yang menyebut 79,9 persen proses pembelajaran PJJ dilakukan tanpa interaksi sehingga mengakibatkan anak stres dan lelah.

"Guru hanya memberikan dan menagih tugas tanpa ada interaksi belajar bahkan tidak ada penjelasan materi. Alpa interaksi ini menyebabkan anak kebingungan dalam mengerjakan tugas," ungkapnya.

Hal ini mengakibatkan, tambahnya, menyebabkan 76,7 persen anak menyatakan tidak senang dengan PJJ.

Rizal mengatakan, selama PJJ ini masih berorientasi pada akademik dan tugas, hal ini mengakibatkan kebutuhan koneksi internet dan infrastruktur gawai sangat tinggi. Padahal anak miskin atau di desa memiliki permasalahan dengan hal tersebut.

 

"Pandemi semestinya menjadi titik balik pendidikan. Kalau pendidkan masih menyeragamkan dan hanya fokus pada kemampuan akademik, apapun strategi PJJ akan tetap menyulitkan karena disparitas infrastruktur," tegas Rizal.

Ia mengatakan, "akibatnya, terjadi jurang kesenjangan yang sangat tinggi antara anak-anak di kota dan desa. Kesenjangan ini mengakibatkan learning poverty yang lebih riskan dialami oleh masyarakat miskin maupun yang tinggal di pulau terluar."

Artinya, PJJ berpotensi untuk membuat siswa yang berasal dari keluarga miskin dan terpinggirkan semakin tertinggal.

"Sehingga, learning poverty ini krusial untuk segera ditangani karena akan berdampak pada kemampuan dasar pembelajaran selanjutnya yang lama kelamaan akan mengakibatkan defisit SDM di Indonesia," kata Rizal mengungkapkan kekhawatirannya.

Merubah paradigma pendidikan

Untuk itu, Rizal terus mendorong penataan kembali arah pendidikan Indonesia. GSM menyarankan kementerian mengubah paradigma pendidikan.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau