Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

GSM Dorong Transformasi SMK Jadi "Learning Community Hub"

Kompas.com - 03/04/2021, 20:58 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pandemi dikhawatirkan membawa dampak pada tidak efektifnya proses pembelajaran, khususnya bagi SMK yang menekankan penguatan kompetensi bagi lulusannya. Minimnya pembelajaran praktik dapat berakibat pada menurunnya kualitas hasil belajar siswa.

Padahal, baru-baru ini Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbud meluncurkan program super link and match antara dunia SMK dengan dunia industri.

Persoalan ini diangkat Muhammad Nur Rizal, penggagas Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) melalui rilis resmi (3/4/2021).

"Agar berbagai macam inisiatif program atau hibah yang diluncurkan direktorat Mitras Dudi  tepat sasaran, khususnya di era pandemi, di mana tatap muka sekolah tidak terjadi, maka diperlukan arah baru serta desain sistem sekolah yang lebih efisien dan solid untuk menciptakan peluang baru dalam menjawab persoalan ini," tegasnya.

SMK sebagai learning community hub

Dalam kesempatan tersebut, Rizal mengutip data yang disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, tentang semakin rendahnya efisiensi biaya produksi Indonesia dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.

Hal ini, menurutnya, semakin menunjukkan rendahnya kualitas pendidikan. "Nilai ICOR (Incremental Capital Output Ratio) Indonesia sangat tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya yaitu sekitar 6,5 yang artinya untuk menghasilkan 1 unit produksi, baik barang atau layanan, membutuhkan biaya sekitar 6,5," ungkapnya.

Baca juga: Resmikan SMK Membangun Desa, Wagub Jabar Dorong Sekolah Hadirkan Inovasi

Padahal, rata-rata ICOR di Asia Tenggara berada di kisaran 3 hingga 4. Dampak ini akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia sulit untuk terpacu.

"Rendahnya kualitas pendidikan yang ditandai oleh rendahnya skor literasi matematika dan sains di PISA (Programme for Internation Student Assessment) berakibat pada kemampuan SDM di dalam mengefisienkan biaya investasi yang semakin mahal," jelas Rizal.

Padahal, lanjutnya, hampir 20 tahun sejak reformasi anggaran pendidikan di APBN Indonesia mencapai 20 persen.

"Artinya, ada pemanfaatan anggaran pendidikan yang tidak tepat. Ditambah pula, laporan di Peta Jalan Pendidikan menyebutkan bahwa pelatihan guru tidak berkolerasi dengan hasil belajar siswa," ujar Rizal menegaskan.

Untuk mengatasi hal ini, GSM mengajak peserta workshop BBPPMPV Bidang Otomotif dan Elektronika Malang untuk menciptakan ekosistem SMK menjadi learning community hub yang lebih luas.

Cakupan learning community hub, jelas Rizal, nantinya harus mampu menghubungkan persoalan di keluarga, masyarakat, dunia usaha hingga tren global.

"Ekosistem ini menjadikan persoalan sosial di masyarakat sebagai sumber belajar siswa SMK sekaligus sebagai tempat siswa magang atau melakukan praktik sosial. Tujuannya, anak-anak terbangun empati sosial dan dapat menjadi problem solver secara mandiri," jelas Rizal.

Hal ini juga dapat menjawab kekhawatiran menurunnya kualitas pembelajaran praktik akibat pandemi. Dengan transformasi SMK menjadi learning community hub, siswa dapat menjalankan praktik kapan saja, di mana saja tanpa harus menunggu program khusus.

Membangun ekosistem pendidikan berkelanjutan

Lebih jauh Rizal menjelaskan, "di sisi lain, ekosistem SMK sebagai learning community hub akan memantik keterampilan siswa yang diperlukan di masa depan, seperti berpikir kritis, kreatif untuk mencari berbagai macam alternatif solusi, keterampilan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan nyata."

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau