Selain itu ada peningkatan terhadap kesehatan mental dan tingkat kecemasan pada remaja.
"Anak-anak dengan status sosial ekonomi yang lebih rendah dan tempat tinggal yang lebih sempit, cenderung terdampak lebih signifikan dalam hal kesehatan mental. Jurnal ini meski dilakukan di Jerman namun relatif hampir sama di seluruh negara," tegas Hendriati.
Baca juga: Ini Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Sekolah Kedinasan Kemenkumham
Dia menambahkan, orangtua menilai anak mereka mengalami ketidakpastian, ketakutan dan terisolasi selama pandemi.
Terdapat juga temuan terhadap anak-anak sulit tidur nyenyak, mimpi buruk, tidak nafsu makan dan mengalami separation related anxiety.
Selain itu kegiatan belajar dan bermain yang terus dilakukan di rumah berkaitan dengan ketidakpastian dan kecemasan dikarenakan pembatasan terkait aktivitas fisik dan kesempatan bersosialisasi di sekolah.
"Rutinitas anak juga dapat terganggu karena tidak adanya kegiatan yang terstruktur seperti di sekolah. Anak-anak cederung menjadi irritable (lekas marah), clingy (melekat), mencari perhatian dan lebih tergantung pada orangtua karena adanya pergeseran rutinitas," imbuhnya.
Dari permasalahan kesehatan mental pada anak yang ditimbulkan karena pandemi, ada satu hal yang bisa dilakukan keluarga.
Yakni, membangun kehangatan di rumah. Hal ini juga bukan persoalan gampang bagi orangtua.
Pasalnya, orangtua juga dihadapkan dengan pekerjaan atau melakukan work from home sekaligus mendampingi anak-anak mereka di rumah.
"Orangtua juga butuh suatu struktur atau keteraturan. Membangun kehangatan bisa memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-hari di rumah. Tugas utama orangtua memang jadi lebih besar dibandingkan sebelum pandemi," ungkap dia.
Baca juga: Pakar Unair Bagikan Tips Investasi bagi Pemula
Kelekatan anak dengan orangtua perlu dibangun agar anak tidak merasa tak berdaya.
Selain itu juga kelenturan seseorang untuk bangkit dari peristiwa atau tantangan berat perlu dimiliki semua orang dalam kondisi ini.
"Dalam kondisi terpuruk tapi bisa bangkit lagi. Kita perlu mengubah mindset bahwa kondisi ini suatu tantangan yang harus diwaspadai. Meski kita terpuruk tapi harus bangkit karena semua harus berjalan," tandas Hendriati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.