Varian E484K memang lebih ganas, namun gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala varian lain yang pernah ada. Pada umumnya, ujar Agung, varian-varian tersebut mudah menular. Hal itu menyebabkan jumlah pasien meningkat.
Ia mengatakan, jika peningkatan jumlah pasien tidak segera ditangani, angka kematian dan mortalitas akan melonjak.
“Pada varian ini, gejala klinis yang muncul mirip dengan Varian B117, B1351 Afrika Selatan dan P1 Brazil. Derajat keparahannya juga tidak berubah,” ujarnya.
Sebagai informasi, Varian E484K atau sering kali disebut Varian Eek di Indonesia pertama kali terdeteksi di wilayah DKI Jakarta beberapa waktu lalu.
“Ini merupakan mutasi yang membantu Corona untuk menyebar. Varian E484K ini juga membantu virus menghindari dari beberapa antibodi,” pungkasnya.
Baca juga: Peneliti Unair: Madu dari Lebah Ini Bantu Atasi Osteoporosis
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.