Syarif Bando juga mengklasifikasi empat tingkatan literasi, yang menurutnya ampuh membantu memulihkan ekonomi dan reformasi sosial, terutama di masa pandemi saat ini.
Tingkatan tersebut yang pertama, tersedianya akses kepada sumber-sumber bahan bacaan baru yang terbaru (up to date). Kedua, kemampuan memahami bacaan secara tersirat dan tersurat. Ketiga, kemampuan menghasilkan ide-ide, gagasan, kreativitas dan inovasi baru.
Dan keempat, literasi adalah soal kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang bermanfaat bagi khalayak.
Ia mengatakan, “transformasi layanan dari Perpusnas berbasis inklusi sosial mampu menjawab keresahan dan kekhawatiran masyarakat saat situasi pandemi Covid-19."
"Keterlibatan peran masyarakat lewat bermacam aktivitas transformasi pengetahuan atau transfer knowledge, seperti pelatihan, tutorial, dan pendampingan kegiatan yang memiliki nilai ekonomis,” tambahnya.
Terkaitnya hal itu Kaperpusnas menyampaikan pihaknya memberikan pendampingan pilihan ekonomi masyarakat yang dikehendaki lalu mencarikan informasi agar bisa dipraktekkan sehingga akhirnya mampu membangun usaha mikro sekelas home industry.
"Perpustakaan nasional dengan program perpustakaan berbasis inklusi, sudah membuktikan bahwa masyarakat termarginalkan bisa menghasilkan usaha sekelas home industry yang paling rendah," ungkap Syariuf Bando.
Menurutnya, ini adalah potensi luar biasa yang harus direspon, karena cocok dengan potensi sumber daya melimpah yang ada di sekitar masyarakat bermukim.
“Literasi ini adalah kita menemui orang-orang termarjinalkan untuk belajar bersama dengan buku-buku ilmu terapan, dengan internet, sampai mereka berdiri di atas kaki sendiri,” pungkasnya mengingatkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.