Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri Bergeser Setiap Tahunnya

Kompas.com - 17/05/2021, 17:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Setiap tahun, perayaan Idul Fitri atau 1 Syawal jatuh pada tanggal yang berbeda. Perbedaan sistem penanggalan yang dipakai di kalender Masehi dan kalender Hijriah menjadi alasannya. Mengapa bisa berbeda?

Melansir laman platform edukasi Zenius Education, sekitar 10.000 tahun yang lalu, belum ada orang yang mengetahui tentang konsep hari, bulan maupun tahun.

Setiap hari, manusia diperkirakan melakukan kegiatan yang sama, seperti berburu dan mencari tumbuhan untuk dimakan. Namun, seiring dengan hewan buruan yang bermigrasi di waktu tertentu, tanaman tidak tumbuh karena pergantian cuaca, dan perubahan siklus alam lainnya, menyebabkan manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan seperti biasa.

Perubahan kondisi tersebutlah yang membuat manusia mulai menyadari ada sebuah siklus yang berulang. Sehingga, pada saat itulah konsep "tahun" mulai muncul.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 Jalur Mandiri PTN 2021: UI, UGM, ITB

Menjadi cikal bakal sejumlah negara membuat sistem penanggalan masing-masing, mulai dari Mesipotamia, Arab, Maya hingga daratan Cina. Sistem penanggalan tersebut ada yang menggunakan fenomena terbit dan tenggelamnya matahari (solar), ada yang berbasis pada siklus penampakan bulan (lunar) dan ada juga menggabungkan keduanya (luni-solar).

Sehingga, masing-masing negara punya tolak ukur dan indikator yang berbeda-beda dalam menjelaskan pola siklus alam yang begitu misterius pada waktu itu.

Perbedaan penanggalan sesuai benda langit yang digunakan

1. Lunar atau bulan

Sistem ini berbasis revolusi bulan mengelilingi Bumi. Sistem ini yang paling sederhana dan diduga dipakai pertama kali oleh peradaban peradaban awal. Keunggulannya adalah mudah diterapkan oleh tiap orang, karena hanya melihat perubahan bentuk bulan di langit tiap malam.

Baca juga: Indofood Buka Lowongan Kerja 2021 untuk Lulusan SMA/SMK-S1

Ada saatnya bulan berbentuk bulat sempurna (purnama), ada saatnya bulan separuh, bulan sabit, sampe ada malam ketika bulan tidak nampak sama sekali (bulan mati). Perubahan tampilan dari bulan itu terjadi akibat dari revolusi bulan mengelilingi Bumi.

Fase antara bulan mati (tidak terlihat sama sekali) sampai ada secercah cahaya tipis dari pantulan sinar matahari pada bulan yang membentuk sabit itulah yang disebut Hilal.

Perubahan penampakan dari bulan ini yang adalah fenomena yang paling mudah terlihat dan konsepnya cukup sederhana sehingga diduga dipakai pertama kali oleh peradaban-peradaban awal di berbagai belahan dunia seperti Babilonia di Sumeria (sekitar 1800 SM).

Pada jazirah Arab Pra-Islam (pada masa Agama Islam belum ada di Arab), peradaban manusia di daerah itu sudah menggunakan sistem bulan yang dimodifikasi.

Ada 12 bulan dalam penanggalan Arab. Tidak mengherankan bila nama-nama bulannya sama dengan Kalender Islam Hijriah.

Baca juga: Pakar IPB: Ini Cara Alami Obati Tekanan Darah Tinggi

1. Muharram: 30 hari
2. Safar: 29 hari
3. Rabiul Awal: 30 hari
4. Rabiul Akhir: 29 hari
5. Jumadil Awal: 30 hari
6. Jumadil Akhir: 29 hari
7. Rajab: 30 hari
8. Sha’ban: 29 hari
9. Ramadan: 30 hari
10. Syawal: 29 hari
11. Dhulqaidah: 30 hari
12. Dhulhizah: 29/30 hari

Totalnya hari pada penanggalan ini hanya 354 hari, berbeda dengan kalender Masehi yang sehari-hari dipakai yakni 365 hari.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com