Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Alasan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri Bergeser Setiap Tahunnya

Kompas.com - 17/05/2021, 17:30 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Artinya, pada jaman itu manusia berpikir bahwa siklus alam kembali pada titik awal dalam tempo waktu 354 hari, sedangkan sistem Gregorian/Masehi yang umum dipakai sekarang menginterpretasikan bahwa perubahan siklus alam akan kembali pada titik awal pada 365 hari.

Baca juga: Peneliti IPB: Tanaman Herbal Ini Berkhasiat Redakan Asam Urat

Untuk peradaban yang tidak bergantung pada pertanian, hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Sayangnya, di peradaban yang menggantungkan pada perubahan musim untuk menentukan kapan menanam dan kapan memanen, ini menjadi masalah besar.

Sehingga, mulailah beberapa peradaban melibatkan benda langit lainnya, yaitu Matahari.

2. Solar atau matahari

Matahari awalnya dipakai hanya untuk siklus harian. Ketika matahari terbit dan tenggelam disebut siang, sedangkan waktu "ketiadaan" Matahari antara matahari tenggelam dan terbit disebut malam, dan gabungan keduanya disebut dengan 1 hari.

Namun ketika fenomena terbit/tenggelamnya matahari ini digunakan untuk melakukan perhitungan siklus jangka panjang, ternyata tidak akurat. Sehingga, sistem solar itu tidak disadari oleh manusia karena pola pergerakannya tidak mudah terlihat.

Sampai pada suatu ketika manusia sadar bahwa pergerakan terbit/tenggelamnya matahari itu tidak berulang pada orbit yang sama. Hal itu disadari ketika para pendeta yang tinggal di kuil-kuli seperti di Tenothlican, Thebes dan Acropolis, mulai melihat jalur matahari di langit lewat bayangan patung dan pilar-pilar di kuil.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Minuman Penurun Gula Darah Berbasis Rempah

Para pendeta ini melihat bahwa posisi Matahari di langit dapat menunjukan musim dengan lebih tepat dibanding kalender sistem bulan. Sistem Solar membagi 1 tahun langsung dengan 365 posisi Matahari di langit.

Kenapa 365 hari? Karena setelah angka tersebut, matahari kembali di posisi awalnya. Selain dapat melihat posisi matahari, Analemma juga dapat melihat pergantian musim.

Dengan melihat pola pergerakan matahari sepanjang tahun, mereka bisa memprediksi datangnya Musim Panas, Gugur, Dingin dan Musim Semi.

Jadi, manakah yg dipakai? Kalender bulan yang mudah diamati tapi akurasinya rendah atau kalender matahari yang sulit diamati tapi dengan akurasi yang lebih tinggi? Jawabnya adalah kedua-duanya, kompromi antara pragmatisme dewi bulan dan akurasi dewa matahari.

3. Luni-Solar (bulan dan matahari)

Luni Solar seperti pada namanya adalah gabungan antara siklus bulanan dan siklus matahari. Konsepnya adalah dengan melihat tanggal berdasarkan perubahan penampakan bulan, tapi sekaligus dikalibrasi (interkalasi) dengan perubahan posisi matahari untuk melihat perubahan musim dalam sirkulasi tertentu (1 tahun).

Baca juga: BUMN Bank Mandiri Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA, D3, S1-S2

Contoh interkalasi yang terkenal digunakan adalah pada peradaban arab Pra-Islam dan pada kalender Yahudi. Pada kalender bulan yang digunakan oleh peradaban Arab sebelum Islam, pada satu tahun terdapat sekitar 354 hari, sedangkan jumlah hari 1 revolusi Bumi ke matahari adalah 365 ¼ hari.

Ada selisih 11 ¼ hari tiap tahunnya, yang membuat kalender bulan selalu tertinggal. Inilah yang menyebabkan tanggal di tahun Hijriah selalu bergeser pada penanggalan Masehi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com