Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Jantung RS UNS: Ini Cara Jaga Kesehatan Jantung

Kompas.com - 17/06/2021, 15:24 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Beberapa hari terakhir ini ramai diperbincangkan oleh masyarakat terkait ada atlet yang terkena serangan jantung.

Seperti di dunia sepakbola, ada pemain asal Denmark Christian Eriksen, kolaps akibat cardiac arrest atau henti jantung saat mengikuti pertandingan, Sabtu (12/6/2021).

Tak hanya itu saja, di dunia bulu tangkis Indonesia juga dikejutkan dengan kabar duka meninggalnya mantan pebulutangkis nasional, Markis Kido, karena serangan jantung, Senin (14/6/2021).

Baca juga: Ini Rincian Biaya Kuliah 35 Prodi Soshum UNS Jalur Seleksi Mandiri 2021

Ternyata, keduanya disebabkan karena masalah jantung. Padahal, keduanya adalah atlet yang sudah terbiasa dengan latihan.

Terkait hal itu, dokter spesialis jantung RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Habibie Arifianto, dr.,SpJP (K)., M.Kes., mengingatkan bahwa ancaman kesehatan terhadap jantung sangat beragam.

Tentunya juga berisiko dialami oleh sejumlah orang yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Kasus Christian Eriksen

Menurut Habibie, pada kasus kolapsnya Christian Eriksen, penyebabnya adalah penebalan otot jantung yang tidak normal atau dalam istilah medis disebut sebagai kardiomiopati hipertrofi.

"Bukan merupakan serangan jantung. Kardiomiopati hipertrofi diakibatkan oleh adanya jaringan ikat pada otot jantung," ujarnya seperti dikutip dari laman UNS, Rabu (16/6/2021),

"Hal ini berakibat otot jantung menjadi sangat tebal dan berisiko mengalami gangguan irama pada saat aktivitas yang berlebihan, hingga mampu memicu henti jantung mendadak," jelas Habibie.

Dijelaskan, cardiac arrest yang dialami Eriksen biasa terjadi sejak usia remaja hingga tua. Ia juga mengingatkan, kelainan bawaan seperti kardiomiopati hipertrofi yang dapat mengakibatkan cardiac arrest, bisa terjadi sejak usia anak-anak.

"Semakin bertambah usia akan semakin menebal hingga berisiko henti jantung mendadak saat usia remaja," jelasnya.

Selain itu, pada kasus lain, cardiac arrest juga dapat disebabkan oleh aritmia atau gangguan irama pada jantung.

Kasus Markis Kido

Sementara itu, pada kasus meninggalnya Markis Kido, Habibie menyampaikan, serangan jantung disebabkan karena penyakit jantung koroner.

Penyebabnya adalah aliran darah terhenti di pembuluh darah koroner secara tiba-tiba sehingga otot jantung tidak mendapatkan pasokan oksigen.

Baca juga: Akademisi UNS: Ini 3 Alasan Harus Cegah Timbulnya Sampah Makanan

"Risiko serangan jantung bagi atlet sama dengan risiko serangan jantung atau henti jantung mendadak pada populasi umum. Apalagi bagi yang sudah ada faktor risiko penyakit jantung koroner atau risiko keluarga dengan henti jantung mendadak," terangnya lagi.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

UI Masuk 200 Kampus Top Dunia, Sekian Biaya Kuliah Jalur Mandiri UI 2025
UI Masuk 200 Kampus Top Dunia, Sekian Biaya Kuliah Jalur Mandiri UI 2025
Edu
Cek 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat, Bisa Kuliah Gratis dan Lulus Jadi CPNS
Cek 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat, Bisa Kuliah Gratis dan Lulus Jadi CPNS
Edu
Kisah Sherly Phangestu, Mahasiswa Indonesia Dapat Pujian CEO Apple
Kisah Sherly Phangestu, Mahasiswa Indonesia Dapat Pujian CEO Apple
Edu
Ramai Sekolah Ilegal, Ini Cara Cek Sekolah yang Pakai Kurikulum Cambridge
Ramai Sekolah Ilegal, Ini Cara Cek Sekolah yang Pakai Kurikulum Cambridge
Edu
Jadwal SPMB Jatim 2025 Tahap 2 sampai 4 dan Cara Pendaftarannya
Jadwal SPMB Jatim 2025 Tahap 2 sampai 4 dan Cara Pendaftarannya
Edu
Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Edu
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Edu
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Edu
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Edu
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
Edu
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Edu
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Edu
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Edu
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Edu
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau