Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Sembuhkan “Yang Belum Usai” dalam Dirimu

Kompas.com - 31/08/2021, 19:10 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

Penulis: Dionisia Putri | Editor: Elex Media Komputindo

KOMPAS.com - Time heals everythings. Waktu menyembuhkan segalanya. Frasa ini cukup populer sejak beberapa waktu silam.

Frasa itu merujuk pada keyakinan bahwa luka batin bisa sembuh sendiri seiring dengan berjalannya waktu, termasuk hilangnya trauma yang kita alami dan kemampuan memaafkan orang yang menyakiti kita.

Padahal, itu semua keliru. Sebab, time heals nothing. Waktu tidak menyembuhkan apa pun, terlebih luka batin. Dalam buku Yang Belum Usai, Pijar Psikologi memilih frasa tersebut untuk menggambarkan konsepsi penyembuhan luka batin yang sesungguhnya.

Seperti luka fisik, luka batin pun perlu dirawat dan diobati untuk menyembuhkannya.

Baca juga: Penuh Inspirasi, 33 Kisah Wanita Superhebat di Masa Lalu

Proses menyembuhkan luka batin ini bukanlah pekerjaan pasif, yang mana kita tidak bisa diam dan “membiarkan waktu yang menyembuhkan”.

Ini adalah pekerjaan aktif yang memerlukan energi, waktu, biaya, dan komitmen untuk sembuh dari luka psikologis yang telah kita tumpuk entah sejak kapan.

Pada luka fisik, setiap luka membutuhkan penanganan dan perawatan yang berbeda. Jika intervensi penanganan yang diberikan tidak tepat, maka luka di tubuh bisa mengalami infeksi, pembengkakan, dan menjadi semakin parah.

Begitu juga dengan luka batin, kita perlu tahu luka apa yang kita miliki dan memahami langkah apa yang tepat untuk menyembuhkannya. Ini dilakukan agar luka itu tidak menjadi semakin parah dan membusuk di dalam diri kita.

Untuk membantu mengenali luka batin pada diri kita, dalam ilmu psikologi ada beberapa istilah yang dekat dengan pemahaman luka batin, yaitu trauma, primal wound (luka primer), dan unfinished business (sesuatu yang belum usai).

Setiap istilah tersebut punya sudut pandang yang berbeda dalam memandang luka batin. Istilah-istilah itu akan membantu kita saat memberi nama atau label pada luka yang kita miliki.

Pada masa pandemi ini, tak dimungkiri bahwa terdapat banyak tekanan mental dari eksternal maupun internal diri kita. Terlebih, banyaknya aktivitas yang harus dikerjakan di rumah membuat kita kerap overthinking disertai munculnya bayang-bayang luka batin.

Buku ini hadir untuk membantumu menyadari bahwa permasalahan-permasalahan hidup yang sering terjadi, terulang, dan tak pernah selesai, bisa jadi bukan karena lingkungan kita, bukan karena tempat kerja kita, bukan karena keluarga, sekolah, orangtua, guru, teman, sahabat, maupun pasangan kita, melainkan karena diri kita yang masih terluka. 

Buku ini juga hadir untuk mengingatkan bahwa kita semua memiliki luka, dan setiap orang memiliki kapasitas ketangguhan mental yang berbeda.

Melalui buku ini, Pijar Psikologi berharap bisa merangkul orang-orang yang tidak pernah punya kesempatan untuk mengolah pengalaman masa lalu yang masih mengganjal.

Halaman:
Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terkini Lainnya

Cek 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat, Bisa Kuliah Gratis dan Lulus Jadi CPNS
Cek 10 Sekolah Kedinasan Sepi Peminat, Bisa Kuliah Gratis dan Lulus Jadi CPNS
Edu
Kisah Sherly Phangestu, Mahasiswa Indonesia Dapat Pujian CEO Apple
Kisah Sherly Phangestu, Mahasiswa Indonesia Dapat Pujian CEO Apple
Edu
Ramai Sekolah Ilegal, Ini Cara Cek Sekolah yang Pakai Kurikulum Cambridge
Ramai Sekolah Ilegal, Ini Cara Cek Sekolah yang Pakai Kurikulum Cambridge
Edu
Jadwal SPMB Jatim 2025 Tahap 2 sampai 4 dan Cara Pendaftarannya
Jadwal SPMB Jatim 2025 Tahap 2 sampai 4 dan Cara Pendaftarannya
Edu
Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Cara Daftar Ulang Seleksi Mandiri ITB 2025, Cek Biaya UKT dan IPI
Edu
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Hanya 2 UIN Masuk Daftar Kampus Terbaik Dunia 2025
Edu
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Sekolah Islam Al Azhar Jakapermai Gandeng Cambridge Perkuat Standar Pendidikan Global
Edu
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Profil Peneliti UGM yang Temukan 7 Spesies Baru Lobster Air Tawar di Papua Barat
Edu
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
DIskusi Ilmiah FSI: Kawal Kedaulatan di Laut China Selatan, Indonesia Perlu Perkuat Kapasitas dan Diplomasi
Edu
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Menbud Fadli Zon: Sejarah Bukan Tentang Emosi, tapi Kejujuran
Edu
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Soal Sumpah Jabatan Rektor UPI Pakai Bahasa Inggris, Kemendikti Buka Suara
Edu
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Seleksi Calon Guru Sekolah Rakyat Diumumkan, Klik https://kemensos.go.id/
Edu
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Kemenbud Dorong Budaya Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi dalam Diplomasi Indonesia-Polandia
Edu
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Buka Peluang Pelajar dan Dosen Kuliah ke Eropa, Pemerintah Gandeng Uni Eropa
Edu
5 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan dan Bisa Mata Minus, Ada STAN dan STIN
5 Sekolah Kedinasan Tanpa Syarat Tinggi Badan dan Bisa Mata Minus, Ada STAN dan STIN
Edu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau