Kelelahan emosi kemudian mendorong individu untuk mengurangi, bahkan menarik diri dari interaksi intensif dengan orang lain dalam rangka membebaskan diri dari beban psikologis yang dirasakan. Dilematis, karena dokter dituntut untuk terus berinteraksi dengan banyak orang.
Akibatnya muncul perilaku apatis, tidak mau terlibat jauh dengan persoalan kebijakan, melakukan tindakan seperlunya, dan sebagainya.
Baca juga: 5 Negara Paling Santai di Dunia, Indonesia Peringkat Pertama
Gejala berikutnya adalah penilaian negatif individu terhadap dirinya sendiri. Mereka meragukan kemampuan dirinya, terutama ketika kasus meninggal berturut-turut saat mereka bertugas. Mereka kecewa pada dirinya, rekan kerja, dan masyarakat secara umum.
Mungkin beberapa dari mereka berpikir bahwa profesi tenaga medis atau tenaga kesehatan tidak cocok untuk mereka jalani.
Seandainya diperbolehkan, mungkin mereka akan berteriak: “Toloonnnggg... pahami kami. Pahami kalau kami lelah dan ingin secepatnya keluar dari kondisi ini. Tolonglah kami dengan cara menaati prokes dan jagalah diri kalian!”
Kisah lain tentang perjuangan menghadapi situasi pandemi ini dapat dibaca dalam buku Aku (Tidak) Menyerah dan Badai Pasti Berlalu, sebuah buku antologi yang ditulis oleh 25 Psikolog Klinis Jawa Timur.
Kami berharap semua kisah dalam kedua buku tersebut memberikan semangat bagi pembaca untuk bangkit kembali dan memiliki kualitas hidup lebih baik.
Penasaran sama bukunya? Cek di sini:
https://www.gramedia.com/products/aku-tidak-menyerah-taklukkan-burnoutmu-nyalakan-kembali/
Ingin beli buku ini, tapi dompet tetap aman?
Klik ini: http://bit.ly/voucher_artikel
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.