"Teknologi nanoemulsi yang terdiri dari fase minyak dan air dengan ukuran droplet <200 nm serta luas permukaan yang besar ini dapat memberikan efek hidrasi sehingga meningkatkan permeabilitas kulit dalam penetrasi obat," ungkap Putri Ayu.
Baca juga: Dosen Unair: Ini Dosis Konsumsi Minuman Kolagen agar Aman bagi Tubuh
Selain itu juga mengurangi risiko peradangan jerawat. Suatu teknik yang mendukung teknologi nanoemulsi ini adalah teknik mikrofluidisasi.
"Teknik ini dipilih karena dapat bekerja tanpa menaikkan temperature sistem dan ukuran droplet nanoemulsinya dapat dikontrol sehingga dapat dihasilkan krim anti jerawat dengan daya penetrasi lebih baik," ucap Putri Ayu.
Proses pembuatan krim kulit durian pertama-tama kulit durian dibersihkan terlebih dahulu dipotong tipis-tipis bagian dalam kulitnya. Kemudian melalui proses pengovenan pada suhu 60 derajat celcius selama 2×24 jam.
"Proses selanjutnya dilakukan penimbangan beratnya dan penghalusan menggunakan blender lalu diayak," imbuhnya.
Setelah itu dilakukan ekstrasi secara maserasi kemudian dipisah pelarutnya menggunakan rotary evaporator hingga memperoleh ekstrak kulit buah durian.
Menurut Putri, berdasarkan uji bakteri yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa melalui teknik mikrofluidisasi dapat memengaruhi ukuran partikel.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 pada Anak Penting Dilakukan, Ini Kata Dosen Unpad
Diperoleh ukuran partikel yang lebih kecil dan memudahkan nanoemulsi gel masuk ke dalam sel bakteri sehingga didapatkan daya hambat lebih lebar.
"Diharapkan dengan krim anti jerawat ini dapat membantu permasalahan penderita jerawat," pungkas Putri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.