Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/10/2021, 20:28 WIB

KOMPAS.com - Peneliti utama uji klinis fase III vaksin Zifivax Universitas Padjadjaran (Unpad), Rodman Taringan mengatakan proses uji klinis fase III vaksin Covid-19 Zifivax yang dilakukan peneliti Unpad menghasilkan angka efikasi sebesar 81,51 persen.

Dari hasil efikasi ini, BPOM telah mengeluarkan izin penggunaan darurat terhadap vaksin yang dikembangkan Anhui Zhifei Longcom Biopharmaceutical, Tiongkok tersebut.

Rodman menjelaskan, proses uji klinis tersebut mengikutsertakan 2.000 relawan di Bandung dan 2.000 relawan di Jakarta. Tidak hanya berusia 18-59 tahun, relawan yang ikut juga berasal di kelompok usia 60 tahun ke atas.

“Efikasi untuk orang usia 18-59 tahun sebesar 81,51 persen, sedangkan di atas 60 tahun efikasinya 87,58 persen,” kata Rodman, Jumat (8/10/2021), seperti dirangkum dari laman Unpad.

Baca juga: Kisah Sukardi Malik, 25 Tahun Jadi Guru Honorer Kini Lolos PPPK 2021

Ia menjelaskan, angka efikasi vaksin Zifivax telah melampaui rekomendasi dari WHO, yaitu di atas 50 persen. Selain itu, vaksin ini juga ampuh terhadap varian Covid-19 yang lebih berat, salah satunya varian Delta. Efikasi dari vaksin Zifivax terhadap varian Delta adalah 77,47 persen.

Efek samping Zifivax mirip Sinovac

Lebih lanjut Rodman menjelaskan, pada uji klinis tersebut, relawan ada yang mendapatkan vaksin dan plasebo (vaksin kosong). Proses penyuntikan dilakukan tiga kali dengan jarak satu bulan.

“Dari situ kita lihat berapa yang sakit. Kemudian kalau sakit derajatnya berapa, apakah ringan atau berat sampai dirawat, itu kita lihat,” imbuhnya.

Secara umum, jelas dia, vaksin Zifivax tidak menimbulkan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang serius. Bahkan, KIPI pada vaksin ini hampir sama dengan vaksin Sinovac, yaitu nyeri di bekas suntikan, sakit kepala, kelelahan, demam, hingga nyeri otot.

Baca juga: Cangkang Telur Bisa Jadi Pupuk Tanaman, Mahasiswa Unpad Jelaskan Caranya

Rodman menuturkan, beberapa relawan sempat mengalami kejadian serius. Namun, sebagian besar yang mengalami kejadian serius adalah mereka yang mendapatkan plasebo.

“Setiap vaksin memang tidak 100 persen mencegah, tetapi ada faktor lain yang memengaruhi seperti daya tahan tubuh, status gizi, faktor penyakit yang memengaruhi imunitasnya, hingga faktor usia,” tuturnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+