Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSA UGM: Seperti Ini Penanganan Pasien Diabetes Melitus

Kompas.com - 10/01/2022, 11:26 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Perubahan gaya hidup masyarakat biasanya disebabkan karena adanya modernisasi. Tak heran jika kini bermunculan penyakit yang disebabkan banyak hal.

Bahkan kini terjadi pula pergeseran jenis penyakit yang awalnya adalah penyakit-penyakit infeksi ke penyakit tidak menular (PTM).

Penyakit tidak menular (PTM) juga dikenal sebagai penyakit kronis, tidak ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya berkembang lambat.

Baca juga: Ortu di DIY, RSA UGM Buka Vaksinasi Anak 6-11 Tahun

Menurut federasi diabetes, jumlah pengidap diabetes saat ini adalah 8,4 persen dari populasi dewasa dan naik dari 371 juta kasus pada 2012.

Di Indonesia, DM menempati urutan 7 dunia, dengan jumlah penderita mencapai 8,5 juta orang. Di posisi teratas, ada Cina (98,4 juta jiwa), India (65,1 juta jiwa), dan Amerika (24,4 juta jiwa).

Sedangkan menurut data Riskerdas 2018 prevalensi DM pada penduduk umur lebih dari 15 tahun sebesar 8.5 persen, sedangkan pada 2025 prevalensi DM pada penduduk lebih dari 15 tahun akan mencapai 10.9 persen yaitu terjadi peningkatan jumlah yang cukup signifikan.

Melansir laman RSA Universitas Gadjah Mada (UGM), Kepala Instalasi Gizi RSA UGM, Yusmiyati, S.Gz., RD., menjelaskan, Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif (WHO,2017).

Diabetes Melitus tipe 1 dan 2 memerlukan penatalaksanaan yang komprehensif sehingga tidak memberikan komplikasi berbahaya pada penderitanya.

Penanganan diabetes melitus

Adapun penanganan DM dapat dikelompokkan dalam lima pilar, yaitu:

  • edukasi
  • perencanaan makan
  • latihan jasmani
  • intervensi farmakologis
  • pemeriksaan gula darah

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan penyerapan edukasi dengan rerata kadar gula darah, dan ada hubungan antara pengaturan makan dengan rerata kadar gula darah.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Ini yang Harus Dilakukan jika Omicron Datang

Pada variabel berikutnya, ada hubungan olahraga dengan rerata kadar gula darah, dan ada hubungan kepatuhan pengobatan dengan rerata kadar gula darah.

Keberhasilan pengelolaan diabetes melitus membutuhkan partisipasi aktif pasien, keluarga, tenaga kesehatan terkait dan masyarakat. Pencapaian keberhasilan perubahan perilaku dibutuhkan edukasi yang komprehensif.

Dijelaskan, kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala pada pengelolaan diabetes.

Terapi gizi merupakan bagian dari perawatan penyakit dan kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberian diet pasien sesuai dengan fungsi ogan, kemudian harus dievaluasi.

Terapi Gizi Medis (TGM) adalah terapi gizi yang meliputi terapi diagnostik, dan manajemen penyakit termasuk layanan konseling, yang diberikan oleh seorang ahli gizi profesional.

Berdasarkan rekomendasi The American Diabetes Association (ADA) 2003 terapi gizi medis memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari dokter, dietisien, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol metabolik yang baik.

Baca juga: Seperti Ini Contoh Bahan Makanan Sehat di Instalasi Gizi RSA UGM

Hal penting yang perlu ditekankan, pasien DM harus secara mandiri melakukan pengontrolan terhadap penyakitnya dengan cara melakukan self care, yang memerlukan pemahaman tentang penyakit dan pengelolaan penyakit.

Perilaku self care diabetes dilakukan melalui diet yang benar, penggunaan tentang insulin/obat-obatan hipoglikemik oral dan nilai normal kadar gula darah.

Dengan program edukasi

Edukasi yang tepat kepada pasien DM merupakan pilar pengelolaan pasien sebagai bagian dari peningkatan kualitas hidup pasien DM. Edukasi melibatkan aktivitas komunikasi antara edukator dengan pasien.

Program edukasi yang dilakukan secara terpadu dan kontinu mempunyai tujuan jangka panjang, antara lain:

1. Agar pasien dapat hidup lebih lama dan dalam kebahagiaan. Kualitas hidup sudah merupakan kebutuhan bagi seseorang, bukan hanya kuantitas, seseorang yang bertahan hidup, tetapi dalam keadaan tidak sehat akan mengganggu kebahagiaan dan kestabilan keluarga.

2. Untuk membantu pasien agar mereka dapat merawat dirinya sendiri, sehingga komplikasi yang mungkin timbul dapat dikurangi, selain itu juga jumlah hari sakit dapat ditekan.

3. Agar pasien dapat berfungsi dan berperan sebaik-baiknya di dalam masyarakat.

4. Agar penderita dapat lebih produktif dan bermanfaat.

Baca juga: Nutrisionis RSA UGM: Ini 6 Tahapan Asuhan Gizi di Rumah Sakit

5. Menekan biaya perawatan baik yang dikeluarkan secara pribadi, keluarga ataupun secara nasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com