KOMPAS.com - Tak hanya berupaya menjaga kesehatan tubuh agar mampu melawan virus, di tengah pandemi, tantangan yang juga kerap dihadapi orangtua ialah berupaya menahan emosi, terutama saat harus menemani anak sekolah daring sekaligus menyelesaikan pekerjaan.
Istilah "parental burnout" pun menjadi lebih lekat di masyarakat di masa pandemi. Orangtua yang bekerja dari rumah kini harus lebih siap membagi waktu dengan anak sambil bekerja. Tanpa sadar, membuat emosi orang tua menjadi lebih rapuh dan mudah marah.
Pendidik Rumah Main Cikal, Christopora Intan Himawan Putri menjelaskan bahwa tekanan menjadi pemantik utama orangtua mengalami parental burnout.
Baca juga: 7 Tanda Anak Cerdas dan Berpotensi Punya IQ Tinggi
Intan menuturkan bahwa parental burnout dapat membuat emosi orangtua menjadi lebih rapuh dikarenakan adanya dua hal yang harus dikerjakan bersamaan setiap harinya.
“Parental Burnout dapat terjadi ketika orang tua yang memiliki ekspektasi untuk menyelesaikan semua tugas atau pekerjaan agar bisa menghabiskan waktu bersama anak-anak, tetapi tidak dapat terpenuhi,” ucap Intan dalam keterangan tertulis.
Intan juga memberikan gambaran pemicu lainnya yang membuat orangtua merasakan parental burnout.
“Ketika anak membutuhkan orang tua namun tidak ada timbal balik maka ia akan mencari perhatian. Pemicu kecil seperti mencari perhatian ini akan menguras emosi orang tua yang sedang dalam tekanan. Terbawa secara emosional inilah yang membuat parental burnout terjadi,” paparnya.
Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?
Intan pun memberikan beberapa cara untuk mengatasi parental burnout, yakni:
Sebagai orangtua, Papa dan Mama dapat memberi jeda pada diri sendiri dan menyadari bahwa saat ini Papa atau Mama sedang dalam kondisi yang tidak nyaman.
Oleh karena itu, Papa atau Mama dapat saling meminta tolong pasangan atau anggota keluarga lain untuk mengambil alih peran selagi kita sedang dalam masa jeda.
Orangtua dapat belajar mencoba realistis dan menentukan skala prioritas agar tekanan dan tuntutan dapat diketahui, dan dipahami dengan baik.
Orangtua dapat membuat kesepakatan dengan anak-anak saat orang tua mengerjakan pekerjaan kantor. Dengan membuat pengertian, misalnya, “Nak, Papa atau Mama bekerja dulu, ya. Nanti setelah Papa dan Mama bekerja kita bermain lagi ya.”
Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini
Berkomunikasi dengan orang-orang yang dapat dipercaya seperti pasangan atau pun profesional.
Dengan membangun komunikasi dua arah dengan pasangan atau dengan profesional misalnya psikolog, untuk mengatasi rasa tidak nyaman yang dirasakan oleh orang tua.
Menyadari bahwa kita bisa melakukan kesalahan dan itu adalah wajar, yang paling penting adalah belajar untuk lebih baik dan memperbaiki relasi dengan anak maupun pasangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.