Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Teknik Bangun Rumah Ramah Lingkungan dengan Limbah Abu

Kompas.com - 07/02/2022, 15:03 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Tren green behavior atau perilaku hidup ramah lingkungan mulai dijalani oleh sebagian generasi milenial dan gen Z. Termasuk dalam hal memilih rumah tinggal.

Survei Consumer Sentiment Survey (CSS) 2021 oleh Rumah.com mengungkap, sebanyak 48 persen generasi milenial menginginkan rumah dengan fitur yang ramah lingkungan.

Untuk menjawab kebutuhan rumah yang lebih ramah lingkungan, salah satunya dengan memanfaatkan limbah FABA sebagai konstruksi rumah. FABA adalah abu hasil pembakaran berupa Fly Ash (abu yang melayang di udara), dan Bottom Ash (abu yang jatuh ke tanah).

Dewan Energi Nasional (DEN) menyebutkan, FABA memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi berbagai jenis produk bernilai ekonomis.

Baca juga: Beasiswa Pemerintah Australia 2022: Kuliah Gratis, Tunjangan Rp 305 Juta

Dari industri pengolah FABA, menurut DEN, bisa mendorong penciptaan lapangan pekerjaan hingga 566 ribu orang. Adapun, nilai tambah yang dihasilkan mencapai 4,1 Triliun Rupiah per tahun.

Memanfaatkan potensi limbah FABA, tiga mahasiswa dari Program Studi Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan Universitas Pertamina, yakni Danniel Robby, Michael Yosafaat, dan Reifaldy Tsany, merancang Bottom Ash Precast Wall Panel from Waste Incineration (BATALION) untuk bangunan Rumah Sehat Sederhana Instan (RISHA).

Mereka menyatakan dinding panel inovasinya telah memenuhi syarat dan ketentuan produk bangunan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

“Ide inovasi ini saya dapatkan ketika melakukan Kerja Praktik (KP) di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang. Di sini, limbah FABA hasil produksi energi dimanfaatkan sebagai paving block. Kami kemudian terpikir untuk mengembangkan dinding panel dari limbah Bottom Ash,” ungkap Michael Yosafaat dalam keterangan tertulis Universitas Pertamina.

Tim mahasiswa sebelumnya melakukan pengujian untuk memeriksa potensi bahaya dari limbah FABA agar memastikan keamanan dari menggunakan bahan ini.

Baca juga: Uang Saku Di Atas Rp 10 Juta Per Bulan, Daftar 10 Beasiswa S1-S2 Ini

“Meskipun FABA sudah dikeluarkan dari kategori limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) dalam UU Cipta Kerja, kami tetap melakukan serangkaian pengujian seperti Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP). Pengujian dilakukan dengan prosedur laboratorium untuk memprediksi potensi bahaya dan racun dari suatu limbah,” tutur Reifaldy, anggota tim dari Program Studi Teknik Lingkungan.

Menurut Danniel Robby, ketua tim, tak lupa tim juga melakukan analisis data material Bottom Ash mencakup sifat fisik dan kimiawi, pengujian beton, serta analisis harga.

“Berdasarkan kalkulasi yang telah dilakukan, biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan dinding panel pada bangunan jenis RISHA dengan bahan paving block dari limbah Bottom Ash tersebut, secara ekonomis lebih murah dibandingkan menggunakan bahan bangunan lain. Untuk RISHA berukuran 14,4 meter persegi penghematannya bisa mencapai sekitar 340 ribu rupiah,” ujar Danniel.

Danniel mengatakan, pemilihan bangunan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan hunian yang aman, harga yang terjangkau, dan ramah lingkungan karena memanfaatkan 3R yaitu aspek recycling dari limbah batubara.

“Pemerintah berencana menyediakan satu juta rumah utamanya di area rehabilitasi pasca bencana dan untuk masyarakat umum berpenghasilan rendah. Sistem bangunan RISHA disebutkan adalah yang paling ideal dari segi keamanan karena tahan gempa, serta murah dan ramah lingkungan karena menggunakan bahan baku dari hasil pengolahan limbah,” pungkas Danniel.

Baca juga: 10 Negara dengan Penduduk Paling Pintar di Dunia, Indonesia Nomor Berapa?

Berkat inovasinya, Danniel Robby, Michael Yosafaat, dan Reifaldy Tsany, meraih Juara 1 di Ajang Engineering Competition Day yang dilaksanakan oleh Universitas Pendidikan Nasional Denpasar, di akhir tahun 2021 lalu.

Dukungan yang diberikan oleh kampus, baik secara moril maupun materil, diakui tim berperan besar dalam menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat tim untuk memenangkan kejuaraan. Khususnya, peran dosen pembimbing yakni I Wayan Koko Suryawan, M.T.

Bagi siswa-siswi yang tertarik pada isu pembangunan berkelanjutan dan isu pengelolaan sampah, dapat menjadikan Program Studi Teknik Sipil dan Teknik Lingkungan Universitas Pertamina sebagai pilihan.

Saat ini, kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut kembali membuka pendaftaran Seleksi Nilai Rapor untuk Tahun Akademik 2022/2023. Pendaftaran telah dibuka pada tanggal 03 Januari hingga 13 Februari 2022 mendatang.

Seleksi ini merupakan seleksi tanpa tes, yang dapat diikuti oleh siswa SMA/sederajat lulusan tahun 2021 dan 2022. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman resmi.

Baca juga: 5 Ciri Orang Cerdas Bukan Hanya Dilihat dari IQ, Kamu Punya Ciri-cirinya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau