Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Latif

Dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UHAMKA serta sebagai perintis media online www.serambiupdate.com

Mampukah Kurikulum Merdeka Melahirkan Manusia Merdeka?

Kompas.com - 01/03/2022, 10:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KOMPAS.com - Sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia banyak terjadi krisis yang tidak bisa kita hindarkan, tidak terkecuali krisis pembelajaran. Kita ketahui bersama bahwa sejak pandemi pembelajaran tidak bisa secara tatap muka sehingga mengharuskan secara daring.

Hal ini tentu jangan sampai terjadi berlarut-larut, sementara jika menunggu pandemi berakhir tentu kita tidak bisa memperkirakan secara pasti kapan akan berakhir.

Dalam situasi demikian sangat dibutuhkan gerakan cepat dalam upaya meramu dan merancang regulasi yang tetap untuk keberlangsungan dunia pendidikan Indonesia.

Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah menjawab kegelisahan selama ini melalui Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka ini menjadi bagian dari solusi mengatasi krisis pembelajaran akibat pandemi yang tidak kunjung selesai. Adapun bentuk struktur kurikulum Merdeka terdiri dari kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler.

Alokasi jam pelajaran pada struktur kurikulum dituliskan secara total dalam satu tahun dan dilengkapi dengan saran alokasi jam pelajaran jika disampaikan secara reguler atau mingguan.

Kurikulum Merdeka yang telah diluncurkan sebenarnya sudah diterapkan di 2.500 Sekolah Penggerak dan sejumlah 901 SMK Pusat Keunggulan, sebelumnya bernama Kurikulum Prototipe.

Kurikulum ini tentu harapannya bisa menjadi lebih fleksibel dan mampu menggali potensi-potensi yang ada pada siswa sebab dianggap sebagai kurikulum yang lebih sederhana dan tentu berfokus pada komperensi siswa tanpa mengurangi esensi materi.

Selain itu, Kurikulum Merdeka juga menghapus program peminatan pada jenjang SMA sehingga pendidik bisa lebih bebas untuk menawarkan materi kepada siswa sesuai dengan minat dan bakatnya.

Baca juga: Selamat Datang Guru Merdeka di Kurikulum Merdeka

 

Hal ini tentu akan menguntungkan bagi sekolah dan siswa, sebab semua siswa pasti sudah punya potensi. Tinggal bagaimana pihak sekolah terus berupaya menggali potensi tersebut sehingga hal ini tentu akan berdampak pula pada kemajuan sekolah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+