Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antropolog Unair Sebut Ritual Kendi Nusantara Bukan Persoalan Klenik

Kompas.com - 18/03/2022, 11:09 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Belum lama ini diadakan ritual Kendi Nusantara di Titik Nol Ibu Kota Nusantara (IKN).

Pada ritual Kendi Nusantara tersebut Presiden Joko Widodo menyatukan tanah dan air dari 34 provinsi Indonesia yang dibawa oleh masing-masing gubernur.

Proses penyatuan tanah dan air di IKN tersebut mendapat banyak tanggapan dari berbagai tokoh masyarakat.

Dosen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Linggar Rama Dian Putra menerangkan, ritual Kendi Nusantara dapat menjadi media pembelajaran bagi masyarakat.

Baca juga: Astra Buka Lowongan Kerja bagi S1, Fresh Graduate Bisa Melamar

Ritual adalah bagian dari tradisi budaya Indonesia

Melalui ritual itu, masyarakat akan terbiasa melaksanakan budaya dan tradisi yang ada di Indonesia.

Linggar menyebut ritual Kendi Nusantara akan membuat masyarakat tidak ‘alergi’ terhadap ritual. Sebab, ritual adalah bagian dari tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

"Baik ritual Kendi Nusantara di IKN maupun ritual-ritual lainnya merupakan bagian dari identitas bangsa Indonesia," ujar Linggar seperti dikutip dari laman Unair, Jumat (18/3/2022).

Dosen sekaligus peneliti di Departemen Antropologi Unair ini menyampaikan, seseorang yang lupa akan ritual apalagi ‘alergi’, maka akan lupa siapa jati dirinya.

Baca juga: Alasan Dibalik Perilaku Flexing Menurut Dosen UM Surabaya

Menurut dia, bangsa yang tahu akan identitas masa lalunya itu bisa merencanakan ke depan bangsa ini mau seperti apa.

"Tapi kalau bangsa yang tidak tahu dengan identitas masa lalunya, maka dia tidak akan bisa merencanakan apa yang akan dilakukan kedepannya," papar Linggar.

Bukan persoalan klenik

Linggar menilai, dari kacamata antropolog, ritual Kendi Nusantara bukan persoalan klenik.

Ritual Kendi Nusantara, lanjut Linggar, memiliki makna yang berkaitan dengan persoalan persatuan, kesungguhan dari kebijakan politik pemerintah, dan sebagai bentuk pengharapan.

"Karena kita sudah modern, terus menganggap sesuatu yang berkaitan dengan ritual itu klenik, tidak juga. Karena bangsa modern pun juga punya banyak ritual," jelasnya.

Baca juga: Iteba Buka Lowongan Kerja Jadi Dosen bagi Lulusan S2/S3

Selain itu tidak semua ritual adalah klenik. Ritual adalah upaya yang secara psikologis berada pada satu frekuensi sama dengan apa yang diinginkan. Dia memberi contoh ritual yang dilakukan oleh bangsa modern yaitu Coronation British di Kerajaan Inggris.

Linggar menambahkan, ritual itu menunjukkan negara sebesar Inggris masih melaksanakan ritual dalam sistem politik dan sistem kemasyarakatan.

"Ritual itu adalah jati diri kita sebenarnya. Semakin kita peka terhadap ritual, kita akan mengetahui dan peka terhadap siapa diri kita," imbuhnya.

Linggar mengungkapkan, seharusnya ritual-ritual harus sering dilakukan bukan hanya di tingkat pemerintah pusat tetapi juga pemerintah daerah.

Baca juga: 6 Cara Menghasilkan Uang dari Coding ala Dosen Unpas

"Misalnya mengadakan kegiatan ritual bersih desa. Kalau yang muslim mengadakan ritual nyadran atau pergi ke makam sebelum bulan puasa," tutup Linggar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com