KOMPAS.com - Banyak beasiswa mulai dari S1 hingga S3 di luar negeri yang ditawarkan banyak institusi.
Baik institusi pemerintah, maupun swasta. Banyaknya beasiswa dari berbagai negara, tentu memancing minat para pelajar untuk mengemban ilmu di luar negeri.
Meski begitu, tingkat persaingan beasiswa di luar negeri cukup ketat karena peminatnya dari berbagai negara.
Agar bisa tembus mendapatkan beasiswa, ada cara khusus yang dibagikan dosen Hubungan Internasional Universitas Brawijaya, Pantri Muthriana Erza Killian.
Ia sendiri menyelesaikan kuliah magister dan doktornya di luar negeri dengan akses beasiswa. Dia menyelesaikan kuliah magister di International Economics and Finance, University of Queensland Australia.
Baca juga: Djarum Beasiswa Plus 2022 untuk Mahasiswa D4/S1, Ini Syarat Lengkap
Sementara gelar doktor dia dapat di Politics and International Studies, University of Leeds Inggris. Dari pengalamannya, ia berbagi cara mendapatkan beasiswa
Lalu bagaimana agar aplikasi beasiswa kuliah luar negeri kita dapat diterima, berikut tiga tipsnya.
Menentukan substansi studi
Dalam menentukan substansi studi, Erza Killian menyarankan dua hal. Pertama menentukan topik penelitian yang akan diambil dan menyusun daftar supervisor potensial terutama bagi yang melemar beasiswa untuk doktor. Sementara untuk magister, topik penelitian akan berguna saat penyusunan tesis.
“Untuk topik penelitian yang akan diambil ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu originality, feasibility dan community," ucapnya, dilansir dari laman Universitas Brawijaya (UB).
Baca juga: 4 Kiat Tembus Beasiswa IISMA 2022 dari Ditjen Dikti
Untuk originality, Erza menyarankan topik penelitian yang diambil sebaiknya mempunyai kontribusi empiris atau teoritis atau bahkan keduanya.
“Cari juga apakah ada elemen kebaruan dari topik penelitian yang diambil,” paparnya.
Kemudian untuk aspek feasibility, Erza menilai penelitian yang akan dilakukan harus memperhatikan apakah penelitian bisa dikerjakan dalam durasi yang telah ditentukan.
“Adakah data dan utamanya bisa diakses datanya. Dan tentu yang terakhir adalah soal pendanaan penelitian,” tuturnya.
Kemudian yang ketiga adalah community. Erza mengungkapkan pada aspek ini bisa memperhatikan komunitas peneliti siapa yang ingin diajak berdialog dan keahlian apa yang akan dibangun.