KOMPAS.com - Seperti diketahui, Covid-19 menyerang sistem pernafasan manusia. Selanjutnya Covid-19 juga bisa menyerang hingga organ paru-paru.
Saat Covid-19 telah menyebar di paru-paru, kamu juga berisiko untuk mengalami pneumonia. Namun jauh sebelum ada Covid-19, ada penyakit lain yang juga menyerang paru-paru.
Menurut sejarah pada tanggal 24 Maret 1882, Robert Koch pertama kali menemukan kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberkulosis.
Tuberkulosis (TBC) atau TB merupakan penyakit menular akibat dan umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain. Hingga saat ini tiap tanggal 24 Maret selalu diperingati Hari Tuberkulosis (TB) sedunia.
Baca juga: Prodi Soshum Terketat di SNMPTN 2022, Ada Jurusan Ilmu Komunikasi
Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) dr. Dinda Saraswati R, gejala TBC ada yang khas dan tidak khas.
Dinda menerangkan, gejala TBC yang khas berupa batuk darah. Sedangkan yang tidak khas seperti batuk berdahak biasa, penurunan berat badan, dan meriang.
Dinda menekankan, bagi yang mengalami gejala tersebut, tidak ada salahnya untuk melakukan screening ke fasilitas kesehatan untuk mengetahui kondisi jenis batuk.
"TBC bukan karena genetik melainkan karena kontak erat. Artinya dengan satu rumah kontak dekat dalam waktu yang cukup lama bisa menularkan," terang Dinda seperti dikutip dari laman Undip, Selasa (29/3/2022).
Baca juga: 20 Program Studi Saintek Paling Ketat di SNMPTN 2022, Ada Pilihanmu?
Dinda menerangkan, kuman TB ini memang sudah terbukti tidak tahan terhadap sinar matahari.
"Apabila terkena sinar matahari dalam waktu setengah jam, kuman yang ada di udara akan mati," ujar Dinda.
Dinda menjelaskan, penyembuhan TBC, tetap menggunakan obat anti TB yang telah diterapkan oleh Kementerian Kesehatan. Pengobatannya dengan cara mengonsumsi obat setiap hari selama 6 bulan untuk kasus yang tidak resistensi obat.
Tetapi apabila pasien tersebut terkena TB yang jenis resistensi obat makan pengobatannya akan lebih panjang dan dengan kombinasi obat yang lebih kompleks.
"Kuman TB saat menginfeksi paru-paru seperti membangun rumah. Batuk berdarah atau tidak tergantung seberapa luas kerusakan yang diakibatkannya, apakah ia mengenai pembuluh darah atau tidak," ungkap Dinda.
Baca juga: 20 PTN Penerima Peserta SNMPTN 2022 Terbanyak
Dia menambahkan, semua batuk darah belum tentu TB, sehingga penderita harus memeriksakan diri untuk memastikannya. Masyarakat juga harus selalu diedukasi, jika batuk darah segera diperiksakan.
"Kalau sudah mengetahui ada yang terdiagnosis TB, otomatis Puskesmas atau RT atau RW menyarankan untuk screening satu rumah yang kontak dekat. Meskipun terdeteksi TB, pasien tersebut jika di rumah masih bisa bersosialisasi tentu saja dengan menjaga jarak dan menggunakan masker," imbuh Dinda.
Pengobatan TB ini memerlukan waktu lama sehingga dukungan terhadap pasien terutama keluarga sangat penting. Misalnya dengan mengingatkan mengonsumsi obat, menjaga gizi dan tidak dikucilkan dari lingkungan.
"Kita mesti meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagaimana upaya untuk memutus mata rantai TB. Menemukan orang yang terkena TB sekaligus mengawal dan melanjutkan pengobatan sampai tuntas sehingga TB tidak akan menular pada orang lain," tegas Dinda.
Baca juga: Cara Melihat Hasil SNMPTN 2022 di Link LTMPT dan 31 Laman Mirror
TB ini tidak hanya di paru-paru, kuman TB bisa menginfeksi semua organ di seluruh tubuh. Alangkah baiknya jika ada gejala segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk dipastikan apakah sakit TB atau bukan. Apabila memang TB harus diobati hingga tuntas.
"TB bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat dan support dari keluarga serta lingkungan juga menjadi point penting," tutup Dinda.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.