KOMPAS.com - Beberapa waktu yang lalu, ikan iblis atau red devil fish dikabarkan muncul di Danau Toba dan menyerang ikan endemik di danau tersebut.
Tentu ini menjadi ancaman serius adanya predator asing di perairan lokal. Kasus tersebut, menarik perhatian dosen Prodi Akuakultur SIKIA Banyuwangi Universitas Airlangga (Unair) Darmawan Setia Budi.
Ia mengatakan ikan iblis yang memiliki nama latin Cichlasoma labiatum bukan berasal dari Indonesia melainkan berasal dari Danau Managua dan Danau Nikaragua di Amerika Tengah.
Baca juga: Puluhan Sapi Mati di Laut Sampang, Pakar Unair Sebut 2 Penyebabnya
Awal keberadaannya di Indonesia, karena ikan ini diperkenalkan sebagai ikan hias akuarium. Sehingga marak dibudidayakan oleh masyarakat.
“Ikan ini dikenal sebagai ikan predator, karena termasuk golongan ikan karnivora dan memiliki kebiasaan memakan hewan-hewan yang lebih kecil,” ungkapnya, dilansir dari laman Unair.
Munculnya ikan ini di perairan umum Indonesia seperti Danau Toba, kemungkinan disebabkan karena lemahnya pemahaman masyarakat yang memelihara atau membudidayakan ikan itu sebagai ikan hias.
Terdapat beberapa masyarakat yang memang tidak sengaja melepaskan ikan tersebut, bahkan ada yang sengaja melepas liarkannya. Ikan iblis apabila dilepas liarkan di perairan umum akan berdampak pada populasi spesies endemik yang ada di perairan tersebut.
“Sebagai ikan yang bersifat predator, ikan iblis akan memangsa ikan yang lebih kecil yang sebagian besar mangsanya tersebut bisa jadi adalah benih-benih ikan endemik asli perairan tersebut,” jelasnya.
Baca juga: Peneliti IPB Ungkap Misteri Kerbau Belang Toraja Seharga Ratusan Juta
Di sisi lain, ikan iblis memiliki kemampuan berkembang biak yang cukup besar, sehingga pertumbuhan populasi ikan tersebut sangat pesat. Maka dari itu, ikan iblis bisa disebut sebagai ikan invasif yang membuat populasinya lebih dominan dibanding ikan asli Danau Toba.
“Hal ini tentunya menjadi ancaman yang sangat serius terhadap kelestarian spesies endemik di sana,” tuturnya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi adanya ikan iblis di suatu ekosistem perairan tertentu.
Menurut Darmawan langkah pertama adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai akibat pelepasliaran spesies asing di perairan.
Langkah kedua adalah dengan memperketat aturan budidaya ikan spesies asing agar tidak mudah dilepas liarkan di alam.
Sedangkan untuk penanggulangan ikan iblis tidak bisa hanya dilakukan secara alami, tetapi perlu adanya intervensi manusia.
Baca juga: Kemendikbud Gelar Kompetisi Esai bagi Siswa-Mahasiswa, Total Hadiah Rp 10 Juta
Selain itu ikan tersebut harus dimanfaatkan secara masif, tidak hanya sebagai ikan hias tetapi juga dikonsumsi. Sehingga bisa meningkatkan eksploitasi dari Danau toba, yang secara langsung diharapkan dapat menjadi kontrol dari populasi ikan iblis.
“Selain itu bisa dengan meningkatkan pemanfaatan ikan iblis sebagai ikan konsumsi, dapat juga dilakukan misalnya dengan membuat berbagai olahan makanan dari ikan tersebut. Sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomisnya dan berdampak pula terhadap pendapatan masyarakat Danau Toba,” sarannya.
Anggapan bahwa melepas ikan peliharaan itu baik adalah tidak benar, terlebih pada ikan spesies asing. Jika penghobi sudah bosan atau sudah tidak mampu memelihara lagi, Darmawan menyarankan sebaiknya tidak begitu saja dilepas di sungai, danau, atau perairan lainnya.
Baca juga: 4 Jurus dari Pakar Ekonomi Unair Jaga Stabilitas Harga BBM
Namun diberikan kepada penghobi lain yang masih berminat, atau dapat dikonsumsi dengan catatan ikan tersebut aman daripada dilepas di alam secara sembarangan.
“Selain berisiko menjadi ikan invasif, belum tentu juga ikan yang dilepas tersebut bisa survive karena habitat liar juga jauh berbeda dengan akuarium,” pesannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.