Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minyak Goreng Masih Mahal, Dosen UNY Beri Alternatif Ini

Kompas.com - 01/05/2022, 06:07 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

Dosen program pendidikan teknik boga tersebut mengingatkan bahwa minyak goreng juga menyebabkan sejumlah permasalahan yang memicu berbagai penyakit seperti obesitas, kolesterol berlebih, asam urat, gangguan jantung, diabetes, terganggunya fungsi otak, kanker dan sebagainya.

"Sementara kesadaran untuk melepaskannya bukan hal mudah. Menariknya, aksesibilitas atas minyak goreng pada akhirnya menghasilkan realitas struktur sosial masyarakatnya," ungkapnya.

Marwanti mengemukakan fakta adanya minyak goreng murah yang gampang diakses masyarakat kelas bawah meski dengan harga yang dinamis, namun dari sisi kesehatan justru kurang menyehatkan. Bahkan tidak jarang, model penggunaannya pun kadang jauh dari kata sehat.

Sedangkan kelompok masyarakat kelas menengah mengakses pada minyak goreng kelas menengah juga.

Dengan gaya akses pada minyak goreng jauh lebih sehat daripada kelas bawah yang umumnya mengakses minyak goreng curah, mereka justru mengelola konsumsinya atas minyak goreng ini secara terkendali.

Baca juga: Ciri-ciri Kolesterol Tinggi dari Ners Unair

Mereka juga sangat memperhatikan setiap asupan berbasis minyak. Pada kelompok masyarakat kelas atas, dengan kemampuan mengakses justru hanya pada minyak yang langka, sehat dan terbatas sehingga mereka ini hidup lebih sehat karena tidak mengakses minyak goreng berlebih, bahkan cenderung sangat kurang.

“Kelompok menengah dan atas ini sebenarnya tidak cukup terganggu oleh dinamika harga minyak goreng. Bukan karena kemampuan finansialnya tetapi karena gaya hidup mereka pun jauh lebih membatasi pada akses atas minyak goreng,” paparnya.

Mengatasi konsumsi minyak goreng

Doktor Pendidikan Teknologi Kejuruan Pascasarjana UNY itu mengajak untuk melakukan diet bagi yang ingin mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

“Cara yang paling aman untuk tubuh adalah diet rendah lemak. Potonglah jumlah asupan lemak namun bukan berarti tidak mengonsumsinya sama sekali. Karena bagaimana pun juga tubuh kita membutuhkan lemak untuk fungsi fisiologis tubuh yang lainnya,” kata Marwanti.

Diet rendah lemak membutuhkan makanan yang tepat. Marwanti menyarankan untuk memilih bahan makanan yang rendah kalori.

Kandungan vitamin dan mineral makanan rendah kalori bisa meningkatkan metabolisme dalam tubuh.

Baca juga: Mengapa Minyak Goreng Semakin Mahal? Pakar Unair Sebut 4 Hal Ini

Makanan ini juga mengandung banyak air sehingga bisa dikonsumsi dalam jumlah yang cukup banyak.

Makanan berbagai jenis sayur bagus untuk dikonsumsi, termasuk kentang yang memiliki jumlah kalori sedikit namun nutrisinya bisa mengenyangkan. Sayuran dan buah memang merupakan sumber mineral dan juga vitamin serta serat pangan.

Kandungan yang bermanfaat dalam sayur dan buah akan membantu proses metabolisme tubuh lebih baik lagi. Antioksidan dalam buah dan sayur bisa menangkal senyawa hasil oksidasi serta radikal bebas. Bisa juga konsumsi yoghurt dan oatmeal sebagai pilihan makanan rendah lemak.

Ia mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan yang digoreng memang lezat, apalagi bila dibumbui dengan gurih dan krispi.

Namun hendaknya juga mencoba mengolah masakan alternatif yang enak dan sehat yang cara memasaknya tanpa menggunakan minyak goreng misalnya dengan direbus, dikukus, dipanggang atau dibakar dengan memperkaya referensi resep (menu) masakan nusantara.

Marwanti menghimbau untuk mulai mengurangi penggunaan minyak goreng sehingga lebih menyehatkan tubuh karena olahan makanan tidak selalu harus digoreng namun bisa diubah dengan metode lain.

Baca juga: Ners Unair: Ini 7 Menu Makan Malam Antigemuk

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau