KOMPAS.com – Sejumlah program pengabdian masyarakat telah dilakukan Universitas Indonesia (UI), salah satunya dalam pendidikan anak.
“Untuk tahun 2022 melaksanakan 316 program dengan daerah binaan di Kupang, Labuhan Bajo, Lombok Timur, Banyuwangi, Sumedang, Bogor, Pandeglang, dan lain-lain,” ungkap Prof. Ari Kuncoro pada acara Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat di Makara Art Center UI, Kamis (3/11/2022).
Lebih lanjut Prof. Ari menyampaikan program-program tersebut berfokus pada masalah yang ada di setiap daerah seperti masalah stunting, bencana alam, pemberdayaan UMKM, ketersediaan air bersih, kesehatan mental anak-anak, dan lain-lain.
Oleh karena itu, UI melibatkan pemerintah daerah, pusat industri, civitas akademika, alumni, dan masyarakat untuk dapat menyelesaikan suatu masalah dengan efektif dan mencari solusi yang tepat.
Baca juga: Intip 10 Jurusan Kuliah yang Tidak Ada Matematika
Kehadiran program pengabdian masyarakat sebagai wujud kontribusi kepada masyarakat dan terobosan mencari solusi yang dihadapi oleh masyarakat, khususnya yang ada di desa. Itulah sebabnya program pengabdian masyarakat tahun ini bertujuan untuk membangun masyarakat yang kritis, baik saat Pandemi Covid-19, maupun setelah melewati masa Pandemi ini.
“Lebih dari itu program -program pengabdian masyarakat merupakan rasa peduli dan keterhubungan dengan masyarakat,” urai Prof. Ari.
Salah satu program yang dilakukan oleh kelompok pemberdayaan masyarakat UI yakni membuat permainan “Ular Tangga Bahagia” yang digagas oleh Nur Agustini bekerja sama dengan tim dosen dan beberapa mahasiswa.
Sebagai dosen yang berkecimpung di dunia kesehatan, Nur berpikir aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak-anak agar mereka tetap sehat dan terhindar dari stres akibat Pandemi Covid-19.
Baca juga: Ini 9 Program Kampus Merdeka, Mahasiswa Sudah Paham?
Dia memunculkan permainan Ular Tangga Bahagia dikolaborasikan dengan pembelajaran. Nur sendiri berpikir bahwa bermain bagi anak merupakan sarana hiburan, pembelajaran, dan pengembangan yang efektif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak secara holistik baik fisik, psikologis, sosial, maupun emosional.
Oleh karena itu, Nur menciptakan permainan tersebut sekaligus mengedukasi anak-anak dalam mempererat hubungan antar anggota keluarga dan mengurangi stres.
Secara teknik, saat bermain ular tangga, ketika posisi naik maka anak-anak diajari untuk berpikir dan berbuat hal-hal yang baik misalnya bangun pagi dengan senyum. Ketika mereka berhasil melakukan satu kebaikan, maka akan mendapat satu kartu kebaikan. Anak yang mendapat kartu kebaikan tersebut harus membagikannya juga kepada temannya, misalnya dengan membagikan senyuman.
“Jadi, kami mengupayakan permainannya yang menyenangkan sehingga anak-anak tidak mudah bosan,” tutur Nur.
Baca juga: Paideia Hadirkan Aplikasi LMS Berbasis Kurikulum Karya Anak Bangsa
Sementara itu, ketika ular tangganya pada posisi turun artinya ada hal-hal yang dilakukan kurang baik, misalnya selama mada Pandemi bersin tidak ditutup, masker tidak dipakai, atau tidur terlalu malam.
“Maka anak diajari untuk mohon maaf dan tidak akan mengulang lagi,” ungkap Nur.