Nur bersama timnya mengaplikasikan Ular Tangga Kebahagiaan tersebut sejak masa Pandemi ke wilayah Depok. Mereka juga bekerja sama dengan forum kesehatan pada anak.
Setelah berusia dua tahun, permainan Ular Tangga Kebahagiaan tersebut telah dilakukan di 11 daerah di Depok.
Agar program tersebut tetap berlanjut dan semakin berkembang, panitia juga berupaya mengkader beberapa orang guna menyebarkan luaskan permainan tersebut, sehingga mereka dapat memberikan edukasi kepada orangtua.
Rumah cerdas di gagas oleh dosen Sri Murni pada tahun 2012 yang lalu. Hingga kini, sudah melakukan kegiatan rumah cerdas di 12 wilayah, yang pertama di rintis di Alor, kemudian berlanjut ke beberapa wilayah lain seperti Kalimantan Utara, Raja Ampat, Manggarai, Asmat, dan lain-lain.
Rumah cerdas sendiri merupakan sebuah wadah untuk belajar bagi masyarakat dari segala usia untuk meredam setiap konflik.
Baca juga: Prodi PTB FT UNJ dan WIKA Raih HKI dan Rekor MURI untuk Kolaborasi Program MBKM
“Kalau misalnya kita enggak saling kenal walaupun rumahnya dekat, konflik lebih mudah terjadi, sehingga dengan adanya rumah cerdas ini, masyarakat bisa ngumpul dengan kegiatan yang positif karena akan ada interaksi positif di dalamnya,” ungkap salah satu relawan dosen Rumah Cerdas, Irhamni Rahman.
Lebih lanjut Irhamni menjelaskan interaksi positif yang dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan Rumah Cerdas tersebut yakni kegiatan pembelajaran membaca sesuai dengan karakter daerahnya masing-masing, juga kegiatan oleah raga, dan lain-lain.
“Misalnya kalau daerah pantai, ya kita belajar baca di pantai. Kalau di hutan, kita pakai tanah, kayu, dan batu-batuan,” pungkas Irhamni.
Dengan demikian, mereka dapat menggunakan media pembelajaran tersebut dan melanjutkan program rumah cerdas di daerahnya masing-masing.
Baca juga: Beasiswa Kagama 2022 Masih Dibuka, Dapat Tunjangan Hidup Rp 3 Juta
Sebagai Pendiri sekaligus Ketua Rumah Cerdas, pendiri Sri Murni menyampaikan bahwa program ini menarik dan berkesan.
“Selama 10 tahun ini, semua rumah cerdas yang kami lakukan berkesan dan tidak ada satu pun dari rumah cerdas yang membuat kami tidak berkesan karena masing-masing punya kelebihan dan keunikannya tersendiri,” ujarnya yang hadir secara daring.
Meski demikian, pihaknya juga mengakui banyak kendala dan perjuangan yang dialami, misalnya ketika naik perahu dan diterjang ombang karena cuaca buruk. Semua peralatan yang dibawa dari Jakarta jatuh sehingga buku-buku basah dan harus dijemur terlebih dahulu sebelum melakukan kegiatan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka.
“Ketika melihat anak-anak semangat dalam berkegiatan, semua rintangan itu tidak menjadi beban.”
Baca juga: Terkait Kasus Gagal Ginjal Akut, Rektor UGM: Pilih Obat Harus Bijak
Kegiatan yang dilakukan oleh rumah cerdas disesuaikan dengan kelompok usianya, sebagai contoh ibu-ibu akan diberikan latihan memasak, kaum remaja dan bapak-bapak diberikan kegiatan olah raga, dan anak-anak diajari untuk bermain, membaca, literasi, berhitung, dan lain-lain.