KOMPAS.com - Salah satu alat musik tradisional dari Indonesia yakni angklung kini sudah dikenal luas bahkan sampai mancanegara.
Tapi, bagi siswa sekolah apakah sudah paham angklung berasal dari daerah mana? Bagaimana sejarah angklung?
Melansir laman Ditjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), berikut ini sejarah angklung dan jenis angklung tradisional yang ada di masyarakat.
Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu dan dibunyikan dengan cara digoyangkan. Alat musik ini berasal dari Tanah Sunda.
Baca juga: 5 Alat Musik Tradisional Khas Indonesia, Siswa Sudah Tahu?
Adapun kata angklung berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain Angklung dan suara “klung” yang dihasilkannya.
Secara etimologis, Angklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi Angklung merujuk nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap.
Namun, sebelum menjadi sebuah alat musik Internasional seperti sekarang ini, kesenian angklung telah mengalami perjalanan sejarah yang amat panjang.
Berbagai perubahan telah dilaluinya mulai dari perubahan bentuk, fungsi, sampai pada perubahan nada. Namun hingga kini angklung masih tetap bertahan dan bahkan berkembang meskipun jenis irama dan nada yang berbeda dari nada semula.
Kesenian angklung merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, sehingga ia mampu bertahan di tengah terjangan arus modernisasi.
Bahkan kesenian angklung ini telah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai The Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.
Ternyata, alat musik angklung sudah ada di Tatar Sunda semenjak zaman Kerajaan Sunda. Beberapa catatan dari orang Eropa yang melakukan perjalanan ke Tanah Sunda pada abad ke-19 mengatakan bahwa di daerah ini sering terlihat “permainan” angklung oleh orang-orang setempat.
Angklung memang juga dikenal di daerah-daerah lain di Pulau Jawa, tetapi di tanah Sunda alat musik ini lebih populer. Sedangkan di Jawa Barat, angklung telah dimainkan sejak abad ke-7.
Bahkan orang–orang baduy dari Desa Kanekes masih memainkan angklung tradisional dalam beberapa upacara tradisional mereka. Di perbatasan Cirebon dan Indramayu, tepatnya di Desa Bungko, ada jenis lain dari angklung yang diberi nama angklung bungko yang diyakini telah berusia 600 tahun dan masih terawat dan dipelihara meskipun tidak lagi digunakan.
Baca juga: Siswa, Kenali Alat Musik Tradisional Sunda Karinding dan Filosofinya
Sedang di Desa Cipining, Bogor terdapat angklung gubrag yang menurut cerita rakyat setempat berawal dari bencana gagal panen yang menyebabkan kelaparan. Masyarakat setempat percaya bahwa bencana tersebut terjadi karena kemarahan Dewi Sri.
Penduduk kemudian melakukan ritual dengan pertunjukan seni angklung untuk mengundang kembali Dewi Sri agar turun ke bumi dan memberikan berkahnya bagi kesuburan tanaman padi.