Untuk perkembangan selanjutnya dalam permainan angklung tradisi disertai pula dengan unsur gerak dan ibing (tari) yang ritmis dengan pola dan aturan-aturan tertentu.
Pola-pola gerak ini disesuaikan dengan kebutuhan upacara penghormatan padi, misalnya pada waktu mengarak padi ke lumbung (”ngampih pare”, ”nginebkeun”), juga pada saat-saat ”mitembeyan”, yaitu mengawali menanam padi yang di sebagian tempat di Jawa Barat disebut ”ngaseuk”.
Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan rengkong dan dongdang serta jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Beberapa jenis angklung tradisional yang hingga kini masih ada di lingkungan masyarakat Sunda di Jawa Barat dan Banten, yakni:
1. Angklung Kanekes
Angklung Kanekes adalah angklung yang dimainkan oleh masyarakat Kanekes (Baduy), di daerah Banten.
Baca juga: 5 Tips Mengisi Libur Akhir Pekan yang Bermanfaat bagi Siswa
2. Angklung Dogdog Lojor
Kesenian Dogdog Lojor terdapat di lingkungan masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan, yang mendiami sekitar Gunung Halimun, yang berbatasan dengan wilayah Jakarta, Bogor, dan Lebak.
3. Angklung Gubrag
Di Kabupaten Bogor, tepatnya di kampung Cipining, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor juga terdapat kesenian angklung, yang disebut Angklung Gubrag.
4. Angklung Badeng
Badeng merupakan kesenian yang menggunakan angklung sebagai instrumen utamanya. Kesenian Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut.
5. Angklung Buncis
Angklung Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Desa Baros, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung.
Baca juga: Pentingnya Aktivitas Fisik untuk Menjaga Kesehatan Siswa
Namun selain jenis-jenis angklung tradisional di atas, masih ada beberapa jenis angklung tradisional di Jawa Barat dengan nama yang berbeda-beda, seperti: